"Meskipun ada perangkat seperti KPU, DKPP, dan Bawaslu tapi tak berkutik saat menghadapi langkah yang dilakukan pejabat. Saya dulu pernah berkecimpung di dunia konsultan politik dan tahu bagaimana celah yang bisa dilakukan untuk memenangkan paslon. Jadi, kini mayarakat sangat menunggu netralitas pejabat," bebernya.
Yang penting, kata dia, bahwa dalam memilih pemimpin gunakan standar pemimpin agama yaitu amanah, adil dan tidak zalim.
Ketua Mappilu PWI Jateng Sugayo Jawama mengajak masyarakat untuk menjadi warga negara yang baik yaitu tak ragu menggunakan hak pilihnya. Dia yakin, pada era sekarang masyarakat sudah memiliki kedaulatan untuk memilih, tanpa tergoda.
Seminar sendiri berlangsung dinamis dan dialogis. Sejumlah peserta, di antaranya mempertanyakan tentang tindak lanjut berita penggerebekan Bawaslu terhadap rapat yang disinyalir sebuah penggalangan kades.
Ada juga peserta yang menganalisis, bahwa langkah kades itu tak bisa dianggap salah karena sebagai sebuah kepatuhan atau tegak lurus kepada atasan.
Seorang peserta juga ikut menyampaikan amatannya, bahwa sesungguhnya Generasi Z (Gen-Z) adalah sebuah komunitas yang tak bisa diintervensi termasuk politik uang. Mereka diyakini akan siap sedia datang ke TPS. Yang dibutuhkan mereka, adalah adanya literasi memadai terkait Pilkada. (Cha)