Prof. Munasik: Gunakan Teknologi untuk Perkuat Iman, Bukan Sebaliknya

Photo Author
- Senin, 31 Maret 2025 | 17:30 WIB


SEMARANG (KRJogja.com) – Ramadhan tidak hanya menjadi bulan penuh ibadah, tetapi juga menjadi momen pendidikan bagi jiwa dan hati. Bulan suci ini mengajarkan kesabaran, kedisiplinan, dan empati terhadap sesama. Setelah sebulan penuh melatih diri, kini saatnya umat Islam kembali ke fitrah dengan membawa semangat ibadah dan kesadaran sosial yang lebih tinggi.

Pesan tersebut disampaikan oleh Prof. Dr. Ir. H. Munasik, M.Sc, dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro (Undip), saat menyampaikan khutbah Idul Fitri 1446 H di halaman Masjid Saubari Bening Hati (SBH), Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Tembalang 2, Bukit Kencana Jaya, Semarang, Senin (31/3/2025).

Salat Idul Fitri ini dihadiri oleh sejumlah tokoh, seperti Ketua PCM Tembalang 2 Prof. Dr. H. Lutfi Jauhari, M.Sc. dan Ketua BPH Universitas Muhammadiyah Semarang Ir. Heru Isnawan, M.M. Bertindak sebagai imam adalah Muhammad Akbaruddin Zhorfan Wibawa, S.E.

Idul Fitri, Momentum Kembali ke Fitrah

Dalam khutbahnya, Prof. Munasik menekankan bahwa Idul Fitri bukan sekadar perayaan, tetapi juga momentum kemenangan sejati dalam mengendalikan hawa nafsu dan meningkatkan kualitas diri.

"Hari ini bukan hanya kemenangan menahan lapar dan dahaga, tetapi kemenangan sejati dalam mengendalikan hawa nafsu. Kita kembali ke fitrah, keadaan suci sebagaimana bayi yang baru dilahirkan. Namun, kemenangan ini tidak boleh berhenti pada perayaan semata. Idul Fitri harus menjadi titik tolak untuk terus memperbaiki diri dan menjaga semangat ibadah," ujarnya.

Lebih lanjut, ia mengingatkan pentingnya silaturahmi dan ukhuwah Islamiyah dalam kehidupan bermasyarakat.

"Silaturahmi yang kuat adalah refleksi dari ibadah yang telah kita jalani selama Ramadhan. Seperti kita telah memperkuat hubungan dengan Allah SWT melalui salat dan puasa, kini saatnya kita juga memperkuat hubungan dengan sesama," tambahnya.

Teknologi: Ujian atau Sarana Kebaikan?

Dalam era modern ini, perubahan terjadi sangat cepat, terutama sejak munculnya internet pada tahun 1990-an yang menandai era digitalisasi. Teknologi kini telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, mulai dari komunikasi, pekerjaan, hingga pendidikan.

Namun, kemajuan ini juga membawa tantangan besar, seperti hoaks, fitnah, dan penyalahgunaan media sosial.

"Digitalisasi telah mengubah cara manusia berinteraksi dan bekerja. Namun, di balik kemudahan ini, ada tantangan besar. Informasi yang beredar tidak semuanya benar dan bermanfaat. Oleh karena itu, kita harus lebih selektif dan kritis dalam menerima serta menyebarkan informasi," tegasnya.

Di era Revolusi Industri 5.0, kecerdasan buatan (AI), robotika, dan Internet of Things (IoT) telah menggantikan banyak pekerjaan manusia. Meski membawa manfaat, kemajuan ini juga menghadirkan ketimpangan akses teknologi dan tantangan sosial baru.

Islam dan Teknologi: Harus Seimbang

Menurut Prof. Munasik, umat Islam tidak boleh terbuai oleh teknologi hingga melupakan nilai-nilai agama. Sebaliknya, teknologi harus dimanfaatkan untuk memperkuat keimanan dan ketakwaan.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Agusigit

Tags

Rekomendasi

Terkini

Libur Nataru, PLN Siagakan 315 SPKLU di Jateng-DIY

Jumat, 19 Desember 2025 | 23:10 WIB

FEB Unimus Gelar Entrepreneurship Expo and Competition

Jumat, 19 Desember 2025 | 20:30 WIB

HISPPI PNF Jawa Tengah Resmi Dikukuhkan

Jumat, 12 Desember 2025 | 16:10 WIB

Kasus HIV/AIDS di Salatiga 1.055 Kasus

Kamis, 11 Desember 2025 | 10:05 WIB
X