Krjogja.com - YOGYA Pariwisata yang berkontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi di DIY selama ini sudah mulai bergerak setelah terdampak pandemi. Untuk itu, pelaku industri sebagai bagian dari ekosistem pariwisata harus menjaga dan meningkatkan citra DIY sebagai salah daerah tujuan wisata utama di Indonesia.
Dengan demikian ke depan kasus harga makanan dan parkir yang dianggap kemahalan tidak terulang lagi. Wisatawan yang datang ke DIY harus terjamin keamanan dan kenyamanannya.
Ekonom UAJY Y Sri Susilo mengatakan apabila DIY akan mengoptimalkan kontribusi aktivitas pariwisata terhadap perekonomian terdapat beberapa hal yang harus disinergikan Pemda baik Provinsi dan Kabupaten/Kota), pelaku industri pariwisata dan pemangku kepentingan lainnya. Pertama, mewujudkan sinergitas paket wisata prioritas di kawasan Yogyakarta, Solo dan Semarang atau Joglosemar).
Dengan sinergi dan kolaborasi antara Pemda DIY dan Pemprov Jawa Tengah (Jateng), kata Susilo maka paket wisata di kawasan Joglosemar menjadi paket yang saling melengkapi (komplementer) bukan saling menggantikan (substitusi). Dengan kondisi tersebut pertumbuhan wisatawan akan dinikmati bersama oleh ketiga kota di kawasan tersebut.
[crosslink_1]
“Kedua, sinergitas pun harus dilakukan antar Kabupaten/Kota dalam mempromosikan paket wisata prioritas/andalan di DIY. Dinas Pariwisata DIY dapat menjadi koordinator promosi paket wisata tersebut. Sinergi dan kolaborasi tersebut jika dapat terwujud maka hasilnya menjadi lebih optimal baik dari aspek jumlah dan lama kunjungan wisatawan dan efisiensi anggaran promosi pariwisata. Di wilayah Kabupaten/Kota sendiri juga harus mensinergikan paket wisata yang dikelola oleh desa wisata, kampung wisata maupun pengelola destinasi wisata,” ujarnya di Yogyakarta, Minggu (14/5).
Susilo menyampaikan dalam Berita Statistik BPS DIY terbaru, ada beberapa catatan yang terkait dengan kegiatan pariwisata di DIY selama Triwulan I 2023 . Catatan termaksud yaitu okupansi hotel periode Februari-Maret 2023 mencapai 80%, dan terjadi peningkatan permintaan terhadap produk industri makanan, khususnya oleh-oleh. Penyelenggaraan Meeting, Incentive, Convention and Exhibition (MICE) meningkat, seperti misalnya Asean Tourism Forum (ATF). Selanjutnya kegiatan study tour baik dari DIY maupun dari luar DIY mulai meningkat pada Triwulan I 2023, khususnya menjelang Ramadan.
“ Seperti diketahui, aktivitas pariwisata baik akomodasi dan makan minum, transportasi, perdagangan, industri pengolahan, informasi dan komunikasi, dan jasa lainnya) serta jasa pendidikan memberikan kontribusi nyata terhadap pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) DIY. Kontribusi aktivitas pariwisata di atas mencapai sekitar 61 persen, sedangkan jasa pendidikan sekitar 8 persen. Total kontribusi aktivitas pariwisata dan jasa pendidikan mencapai 69 persen,” katanya.
Dosen Prodi Ekonomi Pembangunan FBE UAJY tersebut mencermati dari periode Triwulan I-2021 sampai Triwulan I 2023, sumber pertumbuhan ekonomi DIY adalah sub-sektor atau lapangan usaha informasi dan komunikasi, akomodasi dan makan minum, industri pengolahan dan jasa pendidikan. Sebagai contoh, pada Triwulan I 2023, ke-4 lapangan usaha masing-masing menjadi sumber pertumbuhan informasi dan komunikasi 0,81 persen, akomodasi dan makan minum 0,74 persen, industri pengolahan 0,58 persen dan jasa Pendidikan 0,55 persen dan sisanya sebesar 2,63 persen bersumber dari ke-12 lapangan usaha. Seperti diketahui pertumbuhan ekonomi pada Triwulan I 2023 sebesar 5,31 persen
“Berdasarkan data tersebut, sampai saat ini motor penggerak ekonomi DIY adalah aktivitas pariwisata dan yang terkait serta jasa pendidikan. Untuk jasa pendidikan, khususnya pendidikan tinggi, dengan kembalinya perkuliahan dari daring (online) ke luring (offline) maka jasa pendidikan dapat diandalkan kembali sebagai salah satu penggerak ekonomi DIY,” tandas Susilo.
Dalam beberapa studi empiris, Ketua Pokdarwis Panembahan Gumregah Kota Yogyakarta ini. menyatakan telah terbukti aktivitas pariwisata menjadi salah satu faktor penentu pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah atau negara. Kontribusi pariwisata Indonesia sebelum pandemi (tahun 2016—2019) menunjukkan tren peningkatan, sejalan dengan jumlah kunjungan wisatawan dan nilai pengeluaran wisatawan tersebut. Kontribusi pariwisata Indonesia yang dicerminkan nilai Tourism Direct Gross Domestic Product (TDGDP) menunjukkan kontribusi di 2016 sebesar 4,65 persen naik menjadi 4,97 persen pada 2019. (Ira).