Krjogja.com - YOGYA - Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) DIY dengan melibatkan berbagai unsur pentahelix telah membentuk tim Pokja Ketahanan Ekonomi sebagai upaya penguatan koordinasi dan dalam rangka peningkatan ketahanan ekonomi di DIY. Sinergitas Tim Pokja Ketahanan Ekonomi Kesbangpol DIY ini harus diperkuat agar mampu menjadi transformator terbangunnya sinergi ekonomi gotong royong atau yang disebut prinsip segoro.
Anggota Badan Promosi Pariwisata Sleman (BPPS) Wahjudi Djaja menyatakan sinergi adalah bentuk kerja sama win-win yang dihasilkan melalui operasi gabungan kolaborasi masing-masing pihak tanpa adanya perasaan kalah, saling mengisi dan melengkapi perbedaan serta mencapai hasil lebih besar daripada jumlah bagian per bagian Tiga kunci sinergi berupa komunikasi, koordinasi serta aksi atau kerja sama dan inisiasi.
“Sinergi Ekonomi Gotong Royong menjadi ide alternatif dari neo liberalisme ekonomi bersandar pada kerja sama mutualistik antar pemangku kepentingan untuk menjamin para pelaku pasar terhindar dari kehidupan sosial ekonomi yang rentan. Moralitas segoro diletakkan dalam konteks tujuannya untuk membangun sistem ekonomi generatif yang menyejahterakan secara distributif, dan setiap transaksinya tidak mengandung nilai lebih yang membebani,” tuturnya dalam Rapat Rencana Aksi Peningkatan Ketahanan Ekonomi di DIY di Ruang Rapat Nakula Aula Badan Kesbangpol DIY, Senin (20/03/2023).
[crosslink_1]
Wahjudi mengatakan prinsip Segoro adalah mengembangkan mekanisme pasar yang manusiawi, berkeadilan distributif, dan beradab untuk mencapai kesejahteraan yang inklusif. Para pemangku kepentingan kemudian membangun poros segoro sebagai pusat koordinasi dan fasilitasi antar pemangku yang terlibat dalam keseluruhan mata rantai pasok-produksi-distribusi pasar untuk menjamin terjadinya pemerataan keuntungan
“Hal ini sesuai dengan visi Gubernur DIY dengan Pancamulia antara lain terwujudnya peningkatan kualitas hidup, kehidupan, penghidupan masyarakat yang berkeadilan dan berkeadaban, melalui peningkatan kemampuan dan peningkatan keterampilan sumber daya manusia Yogyakarta yang berdaya saing. Terwujudnya peningkatan kualitas dan keragaman kegiatan perekonomian masyarakat, serta penguatan ekonomi yang berbasis pada sumber daya lokal (keunikan teritori ekonomi) untuk pertumbuhan pendapatan masyarakat sekaligus pertumbuhan ekonomi yang berkeadilan,” ungkapnya.
Dosen STIE Pariwisata API Yogyakarta tersebut menambahkan dengan visi tersebut maka yang menjadi prioritas perhatian berupa kawasan selatan, reformasi kelurahan dan teknologi informasi yang diwujudkan dalam Among Tani Dagang Layar untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat DIY. Among Tani Dagang Layar ini yaitu pembangunan daratan beralih ke lautan, menjadikan pantai selatan sebagai halaman depan, mengenalkan kepada masyarakat akan budaya perikanan serta kelautan dan perikanan ini nantinya akan menjadi penguat bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat
“Pelaku terbesar usaha mikro di DIY adalah perempuan. Untuk itulah, sangat diperlukan upaya pemberdayaan perempuan. Perempuan pelaku usaha mikro ini pun mempunyai problematika yang harus dihadapi baik permasalahan teknis hingga struktural,” tandas Perwakilan LSM Daya Annisa,Wahyu Heniwati.
Wahyu menyebut menilik dari problematika perempuan pelaku usaha mikro dengan prioritas kebutuhan yang berbeda maka perlu pendampingan yang berbeda. Mereka memerlukan program spesifik sesuai kebutuhan dan memerlukan pendekatan berbeda pula. Untuk itu, pihaknya menggulirkan startegi pemberdayaan pengorganisasian, fasilitasi layanan usaha baik pembiayaan, modal, pemasaran, pelatihan, advokasi peningkatan kapasitas dengan kesadaran kritis, pendidikan gender, kewirausahaan dan kepemimpinan. “Kami melakukan pengorganisasian dan pendampingan berbasis kelompok perempuan usaha mikro, peningkatkan sumber daya, fasilitasi keuangan mikro dan mediasi pemasaran,” pungkasnya. (Ira)