YOGYA - Serangan Umum 1 Maret 1949 merupakan sebuah peristiwa yang sangat penting maknanya bagi eksistensi dan penegakan kedaulatan negara, yang telah diproklamasikan pada 17 Agustus 1945.
Para founding fathers di bawah kepemimpinan Sukarno, Mohammad Hatta, Panglima Besar Jenderal Soedirman, Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Syafruddin Prawiranegara dan tokoh-tokoh penting lainnya, berhasil mengajak seluruh komponen bangsa bahu membahu merebut kembali Ibu kota negara yang telah dikuasai oleh penjajah.
Sejarawan UGM Dr Sri Margana M.Hum mengatakan peristiwa Serangan Umum 1 Maret memiliki makna penting bagi penegakan dan pengakuan kedaulatan negara. Keberhasilan peristiwa ini telah meyakinkan masyarakat dunia, Indonesia masih ada dan pada akhirnya masyarakat dunia mendukung perjuangan dalam mempertahankan kemerdekaan dan menegakkan kedaulatan.
[crosslink_1]
Hal tersebutlah yang menjadikan Serangan Umum 1 Maret 1949 sebagai titik penting dalam perjalanan bangsa, yang kemudian kini telah resmi sebagai Hari Penegakan Kedaulatan Negara seiring diterbitkannya Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 2 Tahun 2022 tentang penetapan 1 Maret sebagai Hari Penegakan Kedaulatan Negara.
"Peristiwa bersejarah ini merupakan arti yang sangat luas sehingga perlu ditanamkan nilai-nilainya dalam menghadapi berbagai tantangan yang mengganggu kedaulatan negara. Yogyakarta sebagai Ibukota Negara dan Sri Sultan Hamengku Buwono IX sebagai Raja Kraton Yogyakarta pada waktu itu memiliki peranan sangat penting dalam mendukung penegakan Kedaulatan Negara RI,” ungkapnya Selasa (29/02/2003).
Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY, Dian Lakshmi Pratiwi SS., MA menyampaikan sebagai Hari Besar Nasional, maka secara resmi akan diperingati dengan pelaksanaan Upacara Peringatan Hari Penegakan Kedaulatan Negara di semua instansi/OPD di Pemda DIY, Pemkab dan Pemkot Yogyakarta.
Berlatar belakang hal tersebut, Kundha Kabudayan DIY bekerjasama dengan Dinas Pariwisata Kebudayaan dan Kepemudaan Olahraga Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan Dinas Kebudayaan Provinsi Sumatra Barat mengadakan peringatan Hari Penegakan Kedaulatan Negara 2023.
"Dengan ditetapkannya peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949 sebagai Hari Penegakan Kedaulatan Negara, kita semua berkewajiban untuk terus mengkaji dan mengedukasi masyarakat akan peristiwa tersebut dan menyebarluaskan temuan terbaru yang terkait," tambahnya.
Rangkaian kegiatan peringatan hari penegakan kedaulatan negara ini diawali dengan kegiatan tirakatan yang akan diselenggarakan di Plaza Monumen SO 1 Maret, Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta dengan Pagelaran Wayang Kulit Mahabharata, oleh Ki Getar Pamudji Widodo, yang membawakan lakon Babad Wanamarta.
Wakil Gubernur DIY, Paku Alam X yang hadir langsung di Monumen SO 1 Maret pun menyampaikan harapan agar momentum sejarah perjalanan bangsa bisa dimaknai mendalam oleh segenap masyarakat Indonesia.
"Peringatan Hari Penegakan Kedaulatan Negara hendaknya dimaknai sebagai membuka hati sanubari agar menjadi suluh penerang dalam mengabdi dan mencintai tanah air. Paku Alam mengajak masyarakat mengaktualisasi makna dalam bingkai Hamemayu Hayuning Bawana, dalam makna meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui kerja keras bersama. Dengan perenungan ini mari kita maknai malam tirakat agar bangsa ini tetap di jalan lurusnya. Semoga Tuhan berkenan melimpahkan berkat bagi keselamatan seluruh masyarakat, bangsa dan negara," ungkap Paku Alam.
Pada 1 Maret 2023 pukul 10.00 WIB akan dilaksanakan kolaborasi antara DIY, Bangka Belitung dan Sumatera Barat melalui aksi teatrikal.
Dalam teatrikal ditampilkan penggalan sejarah dari mulai agresi Militer Belanda II pada 19 Desember 1948 dan penangkapan para pemimpin di Yogyakarta, masa selama pengasingan di Bangka Belitung, pembentukan Pemerintah Darurat RI dan perjuangannya di Sumatera barat.
Juga Peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta hingga kembalinya para pemimpin bangsa di Yogyakarta akan ditayangkan secara live dari masing-masing provinsi dan disiarkan melalui kanal youtube tasteofjogja dan humas jogja. (Fxh)