Krjogja.com - SLEMAN - "Saya baru dari Palagan, kebetulan mengantar nasi untuk orang yang tinggal sendirian di sana. Dia chat saya bilang belum makan dari Kamis (09/02/2023) kemarin. Saya nangis waktu memberi dua bungkus nasi tadi. Badan dia kurus tinggal tulang begitu."
Obrolan ini mengawali perjumpaan Krjogja.com, Sabtu (11/2/2023) pagi dengan Evan (26), seorang freelancer videografi lulusan sebuah SMK Pelayaran di Jogja. Evan yang tak mau mengungkap nama lengkapnya lantas menyambung, bahwa ia belum tidur sejak semalam karena banyak orang yang meminta bantuan nasi bungkus darurat darinya.
Ya, cuitan Evan tentang pengalaman berbagi nasi darurat untuk siapa saja yang tak punya uang viral sejak kemarin. Gerakan yang dimulai dan dilakukannya sendiri sejak dua bulan silam, mendapat atensi besar dari warganet, kini membuatnya terasa tidak berjuang sendirian.
Pemuda asal Gunungkidul yang kini indekost di Pugeran Maguwoharjo ini lantas memundurkan ingatannya pada peristiwa bulan Desember 2022 silam. Saat itu, Evan mengaku hanya bisa mengkonsumsi buah sukun yang jatuh di halaman kostnya, karena ia sama sekali tak memiliki uang.
"Saya tidak pegang uang sama sekali, lapar, ada buah sukun jatuh, saya ambil, bersihkan dan rebus. Tiga hari saya makan itu, dipanaskan sampai tiga hari. Lalu teman saya tahu dan akhirnya mengajak makan bakso, dia menyelamatkan saya," ungkapnya.
Evan mengaku, sudah sejak lama mengalami depresi yang bahkan hampir membuatnya kehilangan nyawa. Ia sudah berpikir untuk menyudahi hidup, gantung diri dan meninggalkan segala yang menyakitkan di dunia.
Namun, peristiwa di bulan Desember, saat datang temannya membantu membelikan semangkok bakso, mengubah pandangannya pada kehidupan. Hatinya tergerak, melakukan hal serupa, membantu orang lain dengan segala daya upaya yang dia mampu.
"Momen itu titik balik saya. Beberapa waktu sebelumnya, saya sudah hampir nggantung mas, mau bunuh diri saja karena sudah merasa depresi. Ya karena keluarga ya karena krisis eksistensi diri juga. Tapi kemudian pertolongan teman itu, bakso satu mangkok itu mengubah pola pikir dan hidup saya," imbuh pemuda berbadan kurus ini.
Mendapat uang dari hasil kerja sebagai freelancer, Evan lantas nekad membuat gerakan nasi darurat yang dimulainya dari akun Twitter. Ia membuka call center, dari nomor pribadinya untuk dihubungi siapapun yang tidak bisa makan karena tak punya uang.
"Ada uang sisa di tabunganku Rp 400 ribu, itu dari hasil freelance. Kupakai semua untuk membelikan nasi bungkus orang yang menghubungi lewat nomorku. Mulai begitu saja, dan ternyata banyak yang relate dengan situasi ini, tidak bisa makan karena ga ada uang. Saya bergerak, mengantar pakai sepeda, karena hanya punya sepeda. Dari Pugeran, bisa sampai Gamping bahkan Pleret juga. Selama saya bisa, saya antar. Banyak bisanya ya karena kerjanya freelance," sambungnya tersenyum.
Dari perjumpaan dengan orang-orang yang dibantunya, Evan merasa semakin bersemangat menjalani hidup. Meski sebenarnya tak punya penghasilan tetap dan bahkan hidup pas-pasan, tapi ia seperti menemukan kekuatan kedua untuk hidup ketika bangun di pagi hari dan menatap hari.
Bagaimana tidak, ketika KRjogja.com mengajaknya masuk ke Ambarrukmo Plaza di sela berbincang, Evan berulang kali tidak yakin. Pun ketika ia menyantap es krim coklat ReJuve yang ada di mall, ia merasa takjub karena belum pernah merasakan seumur hidup.
"Saat di Pleret, saya memberi nasi untuk seorang pelajar sakit demam tinggi, tidak punya kendaraan dan ga ada uang. Hatiku rasanya sedih tapi juga bahagia di saat yang sama. Sedih melihat dia tapi bahagia bisa membantu. Ini mungkin yang membuat kakiku ga kerasa capek medal sepeda ya. Aku seperti hidup lagi," lanjutnya.
Selama satu bulan lebih, setiap hari tak pernah putus Evan bergerak membantu memberikan nasi darurat. Siapa saja yang menghubungi, tak memiliki uang dan tak bisa makan akan didatangi, dibantu. Menu wajibnya adalah nasi bungkus dengan sayur dan lauk telur yang dibelinya di warung saat perjalanan mengantar.