Krjogja.com - YOGYA - Pimpinan Wilayah Nasyiatul Aisyiyah (PWNA) Daerah Istimewa Yogyakarta menggelar Focus Group Discussion (FGD) Pra Muswil yang dilaksanakan secara daring, Minggu (15/1/2023), dihadiri Pimpinan Daerah Nasyiatul Aisyiyah (PDNA) se-DIY.
Ketua Umum PWNA DIY, Nunung Damayanti, S.IP, menegaskan, betapa pentingnya agenda FGD ini. "Karena selain sebagai ajang silaturahmi antarkader Nasyiah se-DIY, para kader Nasyiah bisa memberikan sumbangsih pemikirannya," kata Nunung Damayanti. Untuk kemudian saling meng-upgrade sebagai bentuk kepedulian Nasyiah terhadap isu perempuan dan anak.
Nunung berharap, FGD ini bisa menjadi salah satu sumber data dalam penyusunan materi Musyawarah Wilayah (Musywil) Nasyiatul Aisyiyah Daerah Istimewa Yogyakarta. "Sehingga mampu menghasilkan program kerja yang berdampak bagi masyarakat," tandasnya.
Dalam agenda tersebut, Ketua Tim Materi (sekaligus fasilitator FGD) Syahdara Anisa Makruf, S.Pd.I, M.Pd.I, menyampaikan, dalam merumuskan isu strategis Nasyiah periode 2022-2026 perlu adanya data permasalahan sosial perempuan dan anak yang terjadi di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Syahdara Anisa pun mengutip QS Ali Imron ayat 110 bahwa kader Nasyiah diharapkan mampu menggapai derajat “khoiru ummah” atau manusia terbaik.
"Manusia yang terbaik adalah yang mampu melakukan misi humanisasi, liberasi dan transendensi," ungkap Syahdara Anisa.
Tentu saja, kader Nasyiah bisa menjadi pemimpin perempuan yang transformasional di lingkungannya masing-masing. "Yakni, pemimpin perempuan yang bisa melakukan perubahan," ungkap Syahdara Anisa Makruf.
Dosen Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta ini memaparkan, pada hakikatnya manusia hidup menjalankan amanah dari Allah SWT. "Yakni sebagai hamba dan khalifah sehingga manusia bisa mendapatkan kehidupan yang lebih baik," ungkapnya.
Sementara itu, Dessy Pranungsari, M.Psi, Psikolog, sebagai kader Nasyiah DIY sekaligus Dosen Program Studi Psikologi Universitas Aahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta, memaparkan, bahwa untuk menggapai manusia terbaik perempuan harus memiliki kesehatan mental yang kokoh.
Baginya, kesehatan mental perempuan menjadi salah satu isu strategis. "Hal ini disebabkan karena perempuan sangat rentan dengan berbagai stressor yang dialaminya sehingga terjadi neurosis, yakni gangguan kepribadian ringan akibat ketegangan dan kesalahan penyesuaian diri," kata Dessy, yang berharap perempuan jangan sampai mengalami pada tingkatan psikosis, yakni gangguan kejiwaan dengan kehilangan rasa kenyataan.
Nasyiah DIY tentu bisa mengedukasi tentang permasalahan ini agar para perempuan bisa lebih hidup berdaya dan menghasilkan generasi yang berkualitas.
Di sisi lain, seperti disampaikan Intan Puspitasari, S.Psi, MA, kader Nasyiah DIY dan Dosen Program Studi Anak Usia Dini UAD Yogyakarta, menyoroti betapa pentingnya Nasyiah bisa mengedukasi masyarakat. "Agar mampu menghasilkan generasi yang berkualitas," tandas Intan Puspitasari.
Menurut Intan, anak adalah amanah Allah SWT yang memiliki hak untuk hidup agar mendapatkan kebahagiaan lahir dan batin.
Baginya, salah satu masalah krusial yang dialami anak adalah stunting. "Stunting tidak hanya menyebabkan kerugian pada ranah mikro yakni keluarga, melainkan kerugian pada ranah makro yakni negara," papar Intan.