Ubah Paradigma Warga, Wujudkan Yogya Zero Sampah

Photo Author
- Jumat, 7 Januari 2022 | 06:10 WIB
Ilustrasi
Ilustrasi

YOGYA, KRJOGJA.com - Pemkot memiliki impian untuk mewujudkan Yogya zero sampah. Setidaknya mampu menekan sedikit mungkin sampah yang dibuang ke TPA Piyungan. Oleh karena itu Pemkot berupaya menggandeng komunitas guna mengubah paradigma warga terkait sampah.

Wakil Walikota Yogya Heroe Poerwadi, menjelaskan paradigma yang diubah tersebut ialah tidak lagi memandang sampah sebagai sesuatu yang tidak bernilai.

"Pertama itu harus merubah paradigma. Sampah tidak harus dibuang tapi bagaimana dikelola dan diolah. Kalau paradigma bisa diubah, bukan tidak mungkin kelak Yogya zero sampah," ungkapnya di sela mengunjungi Bank Sampah Bedeng Berseri RT 35 RW 08 Bumijo Jetis, beberapa waktu lalu.

Pada kesempatan itu Heroe juga menyerahkan satu unit gerobak sampah untuk menunjang aktivitas bank sampah tersebut. Bank Sampah Bedeng Berseri sebelumnya juga meraih juara II bank sampah tingkat kota pada penilaian tahun 2021 lalu.

Heroe mengaku, untuk merubah paradigma warga terkait sampah pihaknya telah menggandeng sejumlah komunitas dan kampus. Khusus sampah anorganik, sudah ada kerja sama dengan Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta guna mendampingi bank sampah dalam mengelola sampah menjadi bernilai.

"Sampah-sampah anorganik bisa diolah menjadi karya seni sehingga ada nilainya. Bisa menjadi gantungan kunci hingga souvenir pernikahan. Teman-teman dari ISI sudah kerap mendampingi di sejumlah daerah dan kini akan mengabdikan diri di Yogya," imbuhnya.

Sedangkan sampah organik, selain diolah menjadi aneka macam pupuk juga dapat dikelola menjadi makanan ikan. Terutama sampah organik sisa makanan. Pengolahan sampah organik menjadi makanan ikan tersebut bakal didampingi komunitas swasta yang saat ini tengah dijajaki kerja samanya dengan Pemkot. Jika berhasil, pakan ikan hasil pengolahan sampah organik itu akan diperbantukan untuk budidaya lele cendol yang dikelola oleh masyarakat.

Diakuinya, untuk merubah mindset atau paradigma masyarakat bukan perkara mudah. Akan tetapi jika sudah ada contoh pengelolaan sampah yang mampu menghasilkan nilai lebih, hal itu bisa mendorong cara berpikir masyarakat agar melihat sampah sebagai berkah.

"Makanya yang kita kejar sekarang ialah nilai ekonominya dulu. Kalau tidak diimbangi dengan nilai ekonomi, bisa semakin lama proses perubahan paradigmanya. Bagaimana lingkungan menjadi sehat, nyaman dan bisa menambah pendapatan dari mengelola sampah," paparnya.

Jika paradigma masyarakat mengenai sampah sudah dinilai baik, maka langkah selanjutnya ialah stimulan yang akan digulirkan oleh Pemkot bagi setiap kelurahan. Terutama bagi kelurahan yang memiliki pengurangan volume sampah secara signifikan.(Dhi)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: danar

Tags

Rekomendasi

Terkini

X