Sugeng menyatakan ekspor DIY ke Uni Eropa pada Mei 2021 menunjukkan penurunan sebesar USD 3,4 juta atau 25,95 persen. Tiga besar negara tujuan ekspor adalah Jerman USD 3,5 juta, Belanda USD 1,6 juta dan Inggris USD 1,2 juta. Khusus ASEAN, tiga besar negara tujuan ekspor Mei 2021 adalah Singapura USD 0,8 juta, kemudian Thailand dan Vietnam masing-masing USD 0,2 juta dengan total nilai ekspor naik USD 0,7 juta dibanding April 2021.
"Pakaian Jadi Bukan Rajutan (62), Perabot, Penerangan Rumah (94) dan Barang-barang Rajutan (61) merupakan tiga kelompok komoditas dengan nilai ekspor tertinggi pada Mei 2021. Masing-masing sebesar USD 12,6 juta, USD 5,1 juta dan USD3,7 juta," tuturnya.
Sebaliknya, Sugeng menyampaikan nilai impor DIY pada Mei 2021 mencapai USD 16,0 juta atau naik 15,11 persen dibanding April 2021. Secara kumulatif, nilai impor Januari-Mei 2021 mencapai USD 65,7 juta atau naik 35,19 persen dibanding periode yang sama 2020. " Kondisi tersebut dipengaruhi impor dari 3 negara asal barang utama mengalami kenaikan. Negara pemasok barang impor terbesar Mei 2021 adalah AS dengan nilai USD 5,2 juta, China USD 2,9 juta dan Hongkong USD 2,6 juta," tegasnya.
Lebih lanjut, Sugeng menjelaskan nilai impor DIY pada Mei 2021 dilihat dari golongan barang HS 2 digit. Tiga besar kelompok komoditas impor pada Mei 2021 adalah Lokomotif dan Peralatan Kereta Api (86) sebesar USD 4,9 Juta. Kemudian Kopi, Teh, dan Rempah-rempah (09) sebesar USD 2,2 juta dan Filamen Buatan (54) sebesar USD 1,7 juta. " Secara umum, impor mengalami peningkatan sebesar 15,11 persen. Impor barang konsumsi menunjukkan peningkatan sebesar 550,00 persen. Sementara, bahan baku penolong menunjukkan peningkatan 3,15 persen dan impor barang modal mengalami penurunan 62,50 persen," pungkasnya. (Ira)