Kesembilan bangunan penanda-penanda unggulan yang menunjukkan nilai-nilai hidup manusia atau Sangkan Paraning Dumadi dan kehidupan harmonis di dunia atau Hamemayu Hayuning Bawana meliputi panggung Krapyak, sumbu filosofi selatan, tembok luar istana, komplek bagian dalam istana dan alun-alun, komplek Tamansari, Komplek Masjid Gedhe, sumbu filosofi utara, pasar Beringharjo, Tugu, dan Komplek Makam Raja-raja Imogiri.
Panggung Krapyak saat ini terpelihara dengan baik meski telah berubah menjadi pemukiman perkotaan, sumbu filosofi selatan tetap mempertahankan struktur aslinya meskipun jalan tanah berganti aspal namun flora simbolis masih ditanam sepanjang jalan dan sumbu tetap digunakan sebagai lorong dari upacara pemakaman para Sultan. Sedangkan tembok luar istana, gerbang, dan benteng yang terdiri dari empat gerbang di barat, barat laut, timur laut, dan selatan terpelihara dengan baik.
Komplek Bagian dalam istana dan Alun-Alun dalam kondisi baik dan dirawat secara teratur meski beberapa proyek restorasi dilakukan khususnya setelah kerusakan akibat gempa Buri pada 1867 dan 2006. Sedangkan komplek Tamansari mayoritas bangunan dalam kondist baik meski ada beberapa yang hancur akibat gempa 1867 dan telah dibangun kembali. Beberapa bangunan rusak setelah gempa 2006 namun dengan dukungan UNESCO dan mitra lain bangunan dipulihkan.
Komplek Masjid Gedhe terpelihara dengan baik dan dalam kondisi baik melalui perawatan rutin. Masjid digunakan untuk salat berjamaah dan masih mempertahankan hubungannya yang erat dengan Kraton dengan sejumlah fastival yang diadakan setiap tahun termasuk upacara mengenal gamelan kuno.
Sumbu Filosofi Utara meski telah dipengaruhi oleh hotel yang dibangun di atas batas tinggi yang disyaratkan dan terlalu dekat dengan sumbu namun tetap dipertahankan. Fungsi dinamis yang menghubungkan Kraton dengan Tugu di sepanjang porosnya masih ada hingga saat ini.
Sedangkan Pasar Bringharjo yang dibangun pada 1925 dalam kondisi baik dan terpelihara, terus digunakan sebagai pasar. Bangunan Kepatihan Gedung Admimistrasi Kepatihan dalam kondisi baik dan terawat dan digunakan sebagai kantor Gubernur DIY.
Monumen Tugu Yogyakarta telah direkonstruksi pada 1889 karena kerusakan struktur aslinya akibat gempa 1867, meski begitu bangunan tetap dianggap mewakili lingga atau komponen laki-laki. Makam Raja-raja Imogiri juga terkondisi dengan aman dan terawat dan meski terkena dampak longsor 2019 namun telah dilakukan pemulihan bagian yang terdampak dengan standar konservasi terbaik. (R-1)