Kompleks Kepatihan Malioboro, Dulu Tempat Tinggal Pepatih Dalem Kini Kantor Sultan

Photo Author
- Kamis, 21 Januari 2021 | 11:54 WIB

YOGYA, KRJOGJA.com - Bangunan Kompleks Kepatihan yang terletak di Jalan Malioboro Yogyakarta dibangun pada masa Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) I. Tempat ini telah berusia ratusan tahun, meski begitu bangunan ini masih berdiri kokoh dan saat ini difungsikan sebagai Kantor Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Bangunan tersebut dahulu merupakan kantor kerja sekaligus tempat tinggal Pepatih Dalem, sebuah jabatan kerajaan setingkat perdana menteri bergelar Danureja di Kasultanan Yogyakarta. Bangunan telah ditetapkan sebagai salah satu Cagar Budaya melalui Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata No.PM.07/PW.007/MKP/2010.

Bangunan Gedhong Wilis yang dulu digunakan sebagai tempat untuk menginap keluarga Pepatih Dalem, kini difungsikam sebagai kantor Sri Sultan HB X. Sedangkan Bangsal Ageng yang dulu dipakai untuk menyelenggarakan hajatan Raja, kini berubah nama menjadi Bangsal Kepatihan dan berfungsi sebagai lokasi pertemuan, pelantikan pejabat, pertunjukan seni dan lain sebagainya.

Pada masa kependudukan Jepang tahun 1942, Raja Kraton Yogyakarta, Sri Sultan HB IX mengambil kebijakan tempat kerja Pepatih Dalem dipindahkan ke Kraton. Kemudian pada masa revolusi, Kepatihan juga pernah digunakan sebagai Kantor Penerangan DIY.

Pada tahun 1945, Pepatih Dalem terakhir pensiun dan sejak saat itu, Sultan tidak lagi mengangkat patih namun dibentuklah jawatan-jawatan yang disebut Paniradya yang dikepalai seorang Paniradya Pati yang bertugas membantu Sultan dan berkantor di Kepatihan.

Pada revitalisasi Kompleks Kepatihan 2017 lalu, gerbang yang semula menghadap barat lalu dihadapkan ke arah selatan bertujuan agar dapat menunjukkan bahwa bangunan tersebut benar-benar terlihat sebagai Kantor Gubernur. Di sisi lain, agar mampu mengurangi kepadatan lalu lintas di Jalan Malioboro.

Dilansir dari kratonjogja.id, setidaknya ada sembilan Patih yang pernah menjabat sebagai Pepatih Dalem Kasultanan Yogyakarta dan berkantor di Kepatihan, yakni :

1. Kanjeng Raden Adipati Danureja I (1755 - 1799)

Pada masa mudanya bernama Raden Bagus Konting Mertowijoyo, putera dari Kyai Raden Adipati Yudonegoro II, Bupati Banyumas. Berteman akrab dengan Raden Mas Sudjono atau Pangeran Mangkubumi.

Setelah perang berakhir, Pangeran Mangkubumi resmi menjadi Sultan Yogyakarta bergelar Sri Sultan HB I dan mengangkatnya sebagai Pepatih dengan gelar Kanjeng Raden Adipati Danureja I.

2. Kanjeng Raden Adipati Danureja II (1799-1811)

Bergelar Tumenggung Mertonegoro, merupakan cucu dari Kanjeng Raden Adipati Danureja I. Ia terkenal dekat dengan kolonial Belanda, bertolak belakang dengan Sri Sultan HB II yang keras menentang Belanda. Mendapat hukuman mati atas perintah langsung Sri Sultan HB II.

3. Kiai Adipati Danurejo (Tumenggung Sindunegara) (1811-1813)

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: ivan

Tags

Rekomendasi

Terkini

KRISNA, Ruang Apresiasi Kerja Kolektif Civitas Akademika

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:15 WIB
X