Rencana Pembelajaran Tatap Muka, Ditelaah Luas dan Hati-Hati

Photo Author
- Senin, 23 November 2020 | 11:22 WIB
Ilustrasi sekolah. Foto diambil tim Hoshizora sebelum pandemi
Ilustrasi sekolah. Foto diambil tim Hoshizora sebelum pandemi

YOGYA, KRJOGJA.com - Pembukaan kembali sekolah untuk pembelajaran tatap muka (luring) secara terbatas di DIY akan dilakukan secara hati-hati. Selain akan melakukan kajian yang komprehensif dengan sejumlah instansi terkait, juga melihat kesiapan satuan pendidikan untuk dapat memenuhi ketentuan dalam pembelajaran tatap muka.

Demikian dikemukakan Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) DIY, Didik Wardaya SE MPd MM kepada KR Minggu (22/11) menanggapi keluarkan Surat Keputusan Bersama

(SKB) 4 Menteri, yakni Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Dalam Negeri, Menteri Kesehatan dan Menteri Agama tentang dibukanya kembali pembelajaran tatap muka mulai

Januari 2021.

Menurut Didik, sebelum keluarnya SKB tersebut, pihaknya bersama instansi terkait dan sejumlah pihak telah mendiskusikan kemungkinan dibuka pembelajaran tatap muka setelah derasnya desakan orang tua. ”Karena harus dengan pertimbangan hati-hati, kajian nantinya akan melibatkan lebih banyak lagi instansi atau pihak terkait. Seperti misalnya Dinas Perhubungan DIY, karena banyak siswa di DIY yang menggunakan angkutan umum. Bagaimana penerapan prokes di angkutan, dan jaminan penegakan prokes,” ujar Didik sambil menambahkan bahwa hasil kajian ini akan disampaikan kepada Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X untuk menjadi pertimbangan untuk memutuskan.

Dijelaskan, masih ada waktu sekitar 1 bulan untuk mengkaji lebih jauh. Dari kajian sementara, dengam memperhatikan faktor risiko dan penyebaran Covid-19 yang terus terjadi, maka selain hatihati juga dilakukan secara bertahap dan tidak mungkin

serentak.

"Karena setiap daerah atau wilayah di DIY tingkat resiko penularannya berbeda-beda. Selain itu, juga melihat kemampuan sekolah para siswa dan guru untuk dapat menerapkan protokol kesehatan dengan baik. Termasuk fasilitas yang tersedia,” ujarnya

Melihat hal itu, bisa saja nanti setiap kabupaten/kota menyiapkan sekolah yang

menjadi pilot project. Sekolah yang ditunjuk yang dianggap paling siap untuk kemudian

nantinya menjadi contoh bagi sekolah-sekolah lainnya. Meski dibuka kembali pembelajaran tatap muka, tetapi hanya terbatas dan tidak menghilangkan pembelajaran jarak jauh (PJJ). "Bisa jadi, pertemuan itu hanya 3 jam terus pulang. Terus diganti dengan kelompok siswa lainnya. Soal pembagian, bisa macam-macam. Bisa dengan genap ganjil

atau cara lainnya," ujarnya.

Namun yang paling penting adalah memastikan kesiapan masing-masing satuan pendidikan (sekolah) untuk dapat menerapkan pembelajaran tata muka. Kesiapan itu di antaranya, dalam ceklist (daftar kesiapan), alat pelindung diri (masker dan face shield), tempat cuci tangan, penyemprotan disinfektan rutin, termasuk memastikan adaptasi kesiapan baru (AKB) bisa berjalan baik di masing-masing sekolah. Itu nanti menjadi peran Satuan Gugus Tugas di masing-masing satuan pendidikan. "Saat ini, rata-rata setiap sekolah sudah membentuk itu," ujarnya. "Tugas Gugus Tugas ini nantinya melakukan pemantauan tentang penerapan standar kesehatan dan penerapan kebiasaan baru setiap siswa," ujarnya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: tomi

Tags

Rekomendasi

Terkini

KRISNA, Ruang Apresiasi Kerja Kolektif Civitas Akademika

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:15 WIB
X