YOGYA, KRJOGJA.com - Pandemi Covid-19 menyebabkan 1,63 juta angka kemiskinan baru di Indonesia. Jumlah tersebut terhitung sejak Maret 2020. Selain itu, tingkat pengangguran juga meningkat 1,76 juta jiwa. Angka tersebut ada kecenderungan akan naik setidaknya hingga akhir 2020 nanti.
Hal tersebut diungkapkan Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kesejahteraan Sosial Kementerian Perekonomian Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Tubagus Ahmad Khusni dalam Media Workshop BPJS Kesehatan di Hotel Tara, Kamis (22/10/2020). Workshop yang digelar secara virtual tersebut diikuti jurnalis dari seluruh Indonesia.
"Angka tersebut baru Maret 2020, yang memang belum terjadi dampak cukup besar. Estimasi beberapa kecenderungan akan meningkat. Tapi yang kita lihat sekarang adalah, dampak kemiskinan atau pengangguran yang terjadi setelah adanya upaya peningkatan bansos dari pemerintah. Jadi, saat ini kita sedang berupaya melihat dampak bansos untuk menjaga tingkat kemiskinan kita," katanya.
Tubagus Ahmad Khusni mengungkapkan, Covid-19 setidaknya berimbas pada tiga hal. Melemahkan roda ekonomi, Kesehatan dan sosial. Pemerintah saat ini menggunakan tiga ujung tombak atau trisula untuk menangani dampak Covid-19. Sektor kesehatan, membangun perlindungan sosial dan melindungi dunia usaha.
Untuk perlindungan sosial dijelaskan Ahmad Khusni, terdiri dari jaminan sosial seperti BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan yang memang sifatnya lebih kontributif. Jaminan sosial itu sifatnya kontributif. Contohnya untuk peserta mandiri BPJS Kesehatan tetap membayarkan premi dan peserta yang memang harus dibantu atau termasuk dalam PBI. Disamping ada bantuan sosial sendiri. Seperti bantuan pangan non tunai, program keluarga harapan dan yang lain.
Secara garis besar untuk program jaringan pengamanan kaitannya Covid-19, dari kartu pra kerja yang ditargetkan bisa menjangkau 5,6 juta peserta. Ada juga bantuan presiden untuk warga Jabodetabek, pemerintah pusat bekerjasama dengan Pemda DKI Jakarta.
"Kenapa di Jabodetabek, karena banyak warga yang kehilangan pekerjaan tapi tidak bisa kembali ke daerah asal mereka. Lalu oleh pemerintah membantu agar mereka tidak pulang, sebagai upaya menekan penularan Covid-19," jelasnya.
Sementara itu dari Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional memiliki dua tindakan yang dilakukan secara bersamaan dalam menangani dampa Covid-19, yaitu menyelamatkan hidup dan juga menyelamatkan kehidupan atau mata pencaharian kehidupan. Dua hal tersebut menurut Sekretaris Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional Raden Pardede, harus dilakukan secara bersamaan.
"Meski dilakukan secara bersamaan, tentu tetap ada prioritas. Yaitu bagaimana mengurangi data infeksi virus. Kemudian memperluas kapasitas testing, pelacakan dan isolasi dan terakhir mencari cara pengobatan yang ampuh. Seperti obat-obatan dan juga vaksin. Itu adalah bagian yang pertama," urainya.
Bagian yang kedua dijelaskan Raden Pardede, adalah menyelamatkan hidup atau mata pencarian hidup. Hal yang sudah dilakukan secara cepat dan masif, adalah dengan memberikan bantuan sosial kepada kelompok rumah tangga yang paling rentan terdampak Covid-19) dan memberi keringanan serta bantuan kepada kelompok usaha rentan. Utamanya UMKM dan itu juga dilakukan secara masif.
Selain itu juga menyiapkan lingkungan bekerja yang sehat. Seperti protokol kesehatan ditempat kerja harus benar-benar diperhatikan. Masyarakat juga tetap beraktivitas di tempat-tempat publik, tentu dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan. Karena kalau tidak, mata pencaharian dari masyarakat akan berimbas. Dan tentunya menyiapkan diri untuk pemulihan ekonomi.
"Jadi kedua tindakan tersebut dilakukan oleh pemerintah dalam aktif tanggung jawab terhadap warganya. Dan ini dilakukan secara bersamaan," ungkapnya.