Dwi Handono, dari Anggota Mapala UNY Menjadi Pengusaha

Photo Author
- Sabtu, 3 Oktober 2020 | 20:05 WIB
Dwi Handono. (Foto : DaryantoWidagdo)
Dwi Handono. (Foto : DaryantoWidagdo)

Dwi mengisahkan, Planet dirintis tahun 2009. Ketika itu sahabatny asesama pecintaalam, SyaifulHadi, pulang dari kerja di Malaysia. Dia bingung ingin buka usaha dengan uang tabungan selama kerja. Lalu Dwi membuatkan konsep bisnis toko dan persewaan perlengkapan pecinta alam.

"Dia setuju.Tapi modal kurang. Kami ajukan konsep ini ke orang tua Syaiful untuk minta tambahan modal. Disetujui, dicarikan kredit bank dengank onsekuensi kami harus membayar angsuran," ungkapnya.

Berdirilah Planet Adventure. Setahun jalan, toko kena gusur. Itu membuat Syaiful berniat melepas saham. Ditawarkan kemana-mana, tak juga ada peminat. Kemudian Syaiful memutuskan kembali mencari pekerjaan mapan. Bikin lamaran dan diterima.

"Mungkin ini jalan Tuhan Planet akhirnya menjadi milik saya. Ceritanya, kami berembug tentang masa depan toko. Jalan tengahnya, Syaiful rela melepas kepemilikan toko dengan syarat, saya wajib menyelesaikan angsuran bank. Jika di tengah jalan, sebelum kredit lunas, ada masalah dan toko tutup, maka sisa hutang menjadi tanggungjawab berdua. Alhamdulillah 2013 kredit bank lunas murni dar ihasil toko. Sehingga toko menjadi milik saya sepenuhnya," paparnya.

Planet terus berkembang. Stok dagangan peralatan mendaki gunung, treking, camping, tubing, rescue dan aktivitas di alam bebas lainnya semakin lengkap. Lantas mengembangkan sayap membuka persewaan peralatan adventure,  paketwisata alam, outbond, persewaan  motor dan mobil off road. Juga, mengembangkan layanan sebagai konsep torwahana outbond.

Puluhan wahana telah dikerjakan Dwi Handono. Di sekitar Yogyaantara lain Pule Payung, Borobudur Highland, Ugul-ugul Kepurun dan beberapa wahana di kawasan Lereng Merapi. Wahana milik beberapa perusahaan besar juga dirancang oleh Dwi bersama tim Planet Adventure antara lain di perusahaan PT Badak.

***

Kembali ke masa kuliah di UNY, Dwi Handono tak pernah punya kamar kost. Dia tinggal di secretariat Mapala Caribiner Fakultas Teknik UNY. "Tinggal di kampus, tentu berisik dan tak bisa istirahat maksimal. Setiap pulang dari pendakian, saya pilih numpang di kamar kos teman. Berpindah-pindah, dari teman satu ke teman lain. Dulu pada semester 1 dan 2, karena gedung kampus direnovasi dan perkuliahan dipindah k ekampus Kulonprogo, saya hidup menggelandang. Numpang kamar kost teman. Pokoknya pindah-pindah kamar," katanya lirih.

Selama kuliah, untuk menambah biaya hidup, Dwi mengumpulkan kertas bekas milik kakak angkatan yang sedang skripsi. Dulu, mahasiswa yang  menyusun skripsi, boros kertas. Sering harus revisi dan membuang kertas. Nah, kertas-kertas itulah yang dikumpulkan Dwi dan kemudian dijual.

Selain dari menjual kertas bekas, Dwi juga mengamen di kawasan Bundaran UGM. "Dulu di Bundaran UGM ada banyak warung makan.Tiap Rabu sore ada acara Rabu Gaul. Di situlah saya ngamen. Awalnya untuk menggalang dana kegiatan pendakian Mapala, karena dulu Mapala kami belum diakui kampus sehingga tak mendapat dana kegiatan. Semua aktivitas pendakian didanai sendiri. Saya cari uang dengan ngamen," ungkapnya.

Ternyata, cari duit dengan ngamen itu enak. Itu membuat Dwi keterusan ngamen. Selama 3 tahun ngamen. Meski dia mengaku, tidak saban hari ngamen. "Sudah ada pihak yang mengoordinir. Kami dibuatkan jadwal, hari apa dan jam berapa boleh ngamen di Bunderan. Kami bersahabat dengan teman-teman yang boleh disebut menguasai wilayah Bunderan," jelasnya.

Kecintaan terhadap dunia petuangan, disamping keterbatasan biaya, membuat Dwi gagal merampungkan kuliah strata satu. Dia harus drop out dan diberi ijazah diploma tiga. Namun dari dunia pecinta alam, Dwi menemukan jalan memperbaiki kehidupan.

Dia pernah bekerja sebagai instruktur di lembaga pengembangan SDM dengan program training dan outbond. Dia juga pernah bekerja di toko peralatan adventure. Juga, pernah buka konter handphone.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: ivan

Tags

Rekomendasi

Terkini

KRISNA, Ruang Apresiasi Kerja Kolektif Civitas Akademika

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:15 WIB
X