Pembelajaran Jarak Jauh Bikin Gagap Semua Pihak, Ini Buktinya..

Photo Author
- Minggu, 2 Agustus 2020 | 12:43 WIB

SISTEM pembelajaran jarak jauh (PJJ) di Indonesia masih belum biasa dilakukan. Oleh karenanya semua tergagap ketika hal itu diterapkan akibat pandemi Covid-19. Pemerintah, tenaga pengajar dan siswa belum siap. Sementara orang tua siswa banyak yang mengeluh karena setiap hari harus mendampingi anaknya belajar. Belum lagi mereka harus mengeluarkan dana ekstra untuk pembelian kuota. Mereka berharap pandemi mereda, sehingga KBM tatap muka di sekolah segera bisa dimulai.

Indah F, warga Perum BM Mlati Sleman yang punya anak duduk di bangku SD, menyatakan PJJ tidak maksimal. Pasalnya anak cenderung hanya mengerjakan tugas tanpa mengerti pembelajaran di dalamnya, meskipun guru sudah membekali dengan materi. ”Bagi orang tua yang bekerja, akan lebih sulit lagi dalam mendampingi anak

saat belajar,” katanya, Sabtu (1/8).

Sedangkan Pri Hastuti M.Keb, dosen Profesi Bidan Stikes Akbidyo Yogyakarta yang juga orang tua siswa menilai ada kelebihan dan kekurangan PJJ. Menurutnya, dari segi pendamping, tidak semua orang tua punya pendidikan dan pengetahuan yang sama dalam pendampingan anak ketika belajar. "Orang tua harus mengenali terlebih dahulu cara belajar anak," katanya.

Adapun sisi positifnya menurut Pri Hastuti, karena karakter anak generasi 'Z' (disebut juga iGeneration, Generasi Net, atau Generasi Internet) lebih suka berbicara di dunia maya dari pada tatap muka. Mereka bisa belajar secara otodidak tentang segala sesuatu dari internet. Kondisi ini sangat mendukung memberikan kesempatan yang sesuai dengan karakter anak untuk menerima pembelajaran jarak jauh pada situasi pandemi Covid-19.

Sekalipun pengajaran lebih banyak dilakukan secara daring, namun bukan berarti tugas guru menjadi ringan. Seperti yang dilakukan oleh Pratiwi Dyah Indari SPd. Guru Kelas 4 SD Negeri Nolobangsan Kompleks Polri Gowok Caturtunggal Depok Sleman itu rela antar jemput soal ke rumah siswa yang diajarnya.

Bu Tiwi, begitu sapaannya saat berada di sekolah, melakukan jemput bola soal kepada sejumlah siswanya agar proses belajar mengajar tetap lancar. Awalnya, selama pembelajaran daring ini masih ada orangtua siswa yang telepon selulernya belum berbasis android sehingga tidak bisa menunjang pembelajaran daring. "Ada orang tua siswa yang mengaku telpon selulernya jadul, sehingga menyebabkan saya turut terkendala saat mengoreksi soalnya," tuturnya.

"Karena itulah daripada saya susah ngoreksi, akhirnya ngalahi antar jemput soal ke rumah siswa. Pertama untuk mengantarkan soal yang harus mereka kerjakan, lalu kembali mengambilnya untuk saya nilai," sebutnya.

Lakukan Penyempurnaan

Pandemi Covid-19 ini memang mengharuskan seluruh sekolah melakukan pembelajaran secara daring (dalam jaringan) untuk mengantisipasi adanya kerumunan dan penularan wabah tersebut. Sistem ini sudah beberapa bulan diterapkan, tetapi dalam pelaksanaan di lapangan masih banyak kendala. Mulai dari keterbatasan fasilitas atau sarana pembelajaran yang dimiliki, kemampuan guru yang beragam sampai capaian kurikulum yang tidak bisa maksimal.

Dinas Pendidikan mengaku terus berupaya melakukan sejumlah penyempurnaan terkait dengan pelaksanaan pembelajaran daring. Mulai dari meningkatkan kemampuan guru lewat berbagai macam

pelatihan dan meningkatkan sarana pembelajaran. "Bahkan untuk mengatasi kondisi tertentu seperti tidak bisa terjangkau oleh jaringan, ada model guru kunjung. Semua itu dilakukan dengan harapan kualitas pendidikan di DIY tetap terjaga," kata Kabid Perencanaan dan Pengembangan Mutu Pendidikan, Disdikpora DIY, Didik Wardaya MPd di Yogyakarta, Kamis (30/7).

Didik mengungkapkan, predikat Yogyakarta sebagai kota pendidikan tidak bisa dipisahkan dengan kualitas. Kondisi tersebut menjadi tantangan bagi semua stakeholders terkait agar capaian kualitas pendidikan bisa terus dipertahankan di masa pandemi Covid-19. Guna mewujudkan hal itu, selain melakukan evaluasi terhadap pembelajaran daring utamanya di awal tahun ajaran baru, pihaknya terus berupaya melakukan sejumlah penyempurnaan terhadap pelaksanaan pembelajaran daring.

"Sebetulnya kalau untuk kendala jaringan saat ini sudah mulai bisa diatasi, namun keterbatasan fasilitas masih banyak dikeluhkan. Adapun untuk menjaga kualitas pembelajaran, pelatihan terkait dengan pembelajaran daring lebih kami intensifkan. Mudah-mudahan dengan cara ini layanan dan kualitas pendidikan bisa lebih terjaga," ungkap Didik, seraya menambahkan, kalau untuk guru kunjung lebih banyak dilakukan bagi siswa SLB karena guru harus banyak berkomunikasi dengan orangtua.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: tomi

Tags

Rekomendasi

Terkini

KRISNA, Ruang Apresiasi Kerja Kolektif Civitas Akademika

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:15 WIB
X