Laskar Jogja Bertekad Riil Untuk Masyarakat

Photo Author
- Sabtu, 25 Juli 2020 | 13:57 WIB
Indra Eka Putra (Indra Tatto) memberikan bantuan kepada korban gempa di Lombok. (Foto : Haryadi)
Indra Eka Putra (Indra Tatto) memberikan bantuan kepada korban gempa di Lombok. (Foto : Haryadi)

YOGYA, KRJOGJA.com - Laskar Jogja (Lasjo) yang bermarkas di Gandekan Lor, Gedongtengen, Yogya kini semakin dikenal masyarakat dengan berbagai aktivitas sosial, budaya dan keagamannya. Sebagai sebuah organisasi massa, Lasjo menyediakan diri untuk berbagi pengalaman dan pekerjaan dengan pihak lain.

Tujuannya tidak lain turut menciptakan keamanan dan kenyamanan di Yogya dan sekitarnya, dengan cara membangun kebersamaan antarkomunitas. Secara singkat bisa dikatakan Lasjo ingin berbuat riil untuk masyarakat.

Menurut Ketua Umum/Panglima Lasjo, Indra Eka Putra (Indra Tatto) pada awalnya Lasjo sebatas sekumpulan rekan-rekan yang merasa senasib sepenanggungan dalam urusan ekonomi dan sosial. Tak hanya itu, penilaian sinis pun sering dialamatkan ke Lasjo lantaran ada satu-dua anggota yang dulunya berkecimpung di 'dunia hitam'. Tetapi lama kelamaan penilaian itu pupusa dengan sendirinya sejalan dengan berbagai aktivitas Lasjo, terutama di bidang sosial dan keagamaan.

Menurut Indra Tatto, dulu komunitasnya sering ditempeli stigma yang kurang nyaman yang rekam jejaknya di masa lalu. Meski demikian, Indra Tatto tidak 'menyerah', prinsipnya setiap orang diberi kesempatan oleh-Nya untuk memperbaiki diri.

"Mending punya masa lalu kurang baik tetapi sekarang sadar dan memperbaiki diri, ketimbang dulu orang baik tetapi sekarang menjadi orang yang perbuatannya tidak terpuji," kata Indra Tatto kepada KRJOGJA.com, Senin (20/07/2020).

Bukan tanpa alasan jika Indra Tatto mengatakan seperti itu, karena dirinya sadar dulu pernah 'bersentuhan' dengan kerasnya kehidupan di jalanan. Lelaki yang dijuluki sebagai 'lurahe' kawasan Pasar Kembang ini, tidak mengelak jika memiliki latar belakang yang dinilai sebagai sesuatu yang 'minus'. Lantaran kedekatannya dengan 'mbak-mbak' yang menjadi penghuni Pasar Kembang dirinya acapkali ditempeli stigma 'hitam.

Mengenai hal itu. Indra Tatto mengungkapkan dirinya memang sering berada di Pasar Kembang. Tetapi bukan untuk berbuat 'aneh-aneh', melainkan untuk menawarkan kesadaran pada 'mbak-mbak' agar kembali ke jalan benar. "Karena itu, saya sering mengundang Gus Miftah untuk tampil dalam pengajian di Pasar Kembang dengan harapan agar 'mbak-mbak' mendapatkan pencerahan," ujar Indra Tatto.

Setelah perjalanan waktu usia Lasjo memasuki empat tahun, Indra Tatto merasa perlu untuk menata dan membenahi keberadaan Lasjo. Tak tanggung-tanggung, Indra Tatto menggaet Gus Miftah dan H Subardi SH MM sebagai pembina Lasjo.

Nama-nama beken lainnya yang masuk dalam kepengurusan Lasjo di antaranya Setyo Hadi Gunawan SH, Panji Prakasa SH dan Adi Susanto SH yang dipercaya di Bidang Advokasi. Tak berhenti di situ, Indra Tatto juga membentuk kepengurusan, dengan formasi Sekjen Putut Wahyudana SE, Bendahara Asrofi Ahmad SE, Humas Wahyu Utama SE dan Bayu Hendarto, dan Dewan Pengawas Agus Handoko.

Berbagai kegiatan sosial dilakukan di berbagai tempat. Mengenai jumlah anggota Lasjo, Indra Tatto menyebut angka 2.000 (berdasar kartu keanggotaan yang dikeluarkan pengurus Lasjo) berasal dari Yogya, Sleman, Bantul, Gunungkidul, dan Kulonprogo. Setiap satu bulan sekali (diwakili koordinator lapangan), mereka mengadakan pertemuan rutin di Gandekan Lor, Gedongtengen, Yogya. Dalam pertemuan itu, dibahas berbagai program Lasjo bagi kemaslahatan umat.

Aktivitas sosial, budaya dan keagamaan yang selama ini telah dilakukan oleh Lasjo antara lain membantu korban bencana alam (gempa dan banjir), turut berpartisipasi menjaga keamanan dan ketertiban saat Idul Fitri, Natal dan Tahun Baru, serta membantu mencegah persebaran Covid-19. Lasjo pun selalu melakukan koordinasi dengan institusi keamanan (TNI/Polri) untuk turut membantu menjaga stabilitas keamanan. Tak hanya itu, Lasjo bekerja sama dengan komunitas lain juga melakukan 'ekspansi' membantu korban gempa buki di Lombok dan Sulawesi.

Indra Tatto mengemukakan ada beberapa semboyan yang selama ini menjadi acuan aktivitas Lasjo, di mana saja dan kapan saja. Semboyan tersebut antara lain 'Sugih Tanpa Banda, Digdaya Tanpa Aji, Ngeluruk Tanpa Bala, Menang Tanpa Ngasorake dan Laku Utama Nguntungke Wong Liya'. Semboyan itulah yang menjadi 'merek' seluruh pengurus dan anggota Lasjo di manapun berada.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: ivan

Tags

Rekomendasi

Terkini

KRISNA, Ruang Apresiasi Kerja Kolektif Civitas Akademika

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:15 WIB
X