GUNUNGKIDUL, KRJOGJA.com - Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul melakukan antisipasi terkait akan memasuki musim penghujan dan mengimbau masyarakat untuk mewaspadai terhadap penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Jika melihat siklus 5 tahunan, pada tahun 2020 mendatang diprediksi menjadi puncak meningkatnya kasus DBD.
"Sebenarnya baik siklus 4 tahunan maupun 5 tahunan kita tetap harus waspada,†kata Kepala Dinas Kesehatan Gunungkidul, dr Dewi Irawaty.
Pihaknya tidak akan memandang apakah ada siklus 5 tahunan atau tidak. Sehingga upaya antisipasi terus dilakukan untuk mencegah penyakit yang disebabkan oleh nyamuk itu bisa diantisipasi. Untuk tahun ini Dinkes mencatat hingga akhir Agustus 2019 lalu jumlah kasus DBD mencapai 413 kasus.
Dari jumlah tersebut, saat musim kemarau hingga kini jumlah kasus masih dalam rata-rata pada angka 20 sampai 60 kasus setiap bulannya. Sehingga kasus DBD pada musim kemarau ini masih terus terjadi. â€Jika dilihat data tiap bulan selama musim kemarau rata-rata ada 20 kasus,†imbuhnya.
Dengan masih adanya temuan kasus DBD pada musim kemarau ini tentu menjadi perhatian khusus. Pasalnya, hujan pun sudah tidak lagi turun namun, nyamuk masih bisa terus berkembang biak. Adanya penyakit ini disebabkan karena faktor lingkungan. Ada jentik nyamuk di lingkungan luar, karena angka bebas jentik di bawah 95 persen.
Artinya rumah yang ada jentik nyamuknya di ambang batas. Selain itu, adanya sampah bercampur air yang dibuang di luar rumah juga menjadi penyebab nyamuk terus berkembang biak. Hal seperti ini tentu saja menjadi perhatian hingga mendekati musim penghujan ini. "Biasanya peningkatan kasus terjadi pada awal musim penghujan," ucapnya.
Pihaknya mengingatkan petugas kesehatan yang ada di Puskesmas untuk menggencarkan kembali kampanye PSN. Sehingga kasus DBD dapat dihentikan dan tidak menambah korban. PSN tidak boleh kendur sepanjang ada ancaman risiko DBD, PSN tetap harus dilaksanakan secara terus-menerus.
Sebagaimana diketahui, kasus DBD pada tahun ini sampai bulan September lalu mencapai 413 kasus. Jumlah tersebut tercatat cukup tinggi jika dibanding dengan pada tahun 2018 tercatat sebanyak 124 orang, tahun 2017 sebanyak 228 dengan memakan korban jiwa 1 orang. (Bmp)