Lahan di DIY Semakin Mahal dan Sulit, Hunian Bertingkat Jadi Kebutuhan

Photo Author
- Senin, 11 November 2019 | 11:08 WIB

apartemen ikut dibatasi. “Perlu diketahui apartemen itu klasifikasinya bukan hotel, walaupun pemasarannya biasanya disamakan. Di luar itu, kita sudah tidak punya pilihan lain untuk mengembangkan hunian vertikal dengan ketinggian bangunan bisa disesuaikan,” tandasnya.

Pihaknya secara swadaya mencoba menyediakan rumah-rumah bersubsidi dengan dua cara yaitu landed house yang lokasinya jauh dari pusat kota dan hunian vertikal apabila lokasinya ingin tetap dekat dengan pusat kota. Namun sayangnya untuk mengembangkan hunian vertikal, PR pengembangan di DIY sangat panjang karena perlu edukasi kepada masyarakat untuk mau tinggal di hunian vertikal mengingat masyarakat pola pikir atau mindsetnya mayoritas masih landed

house.

"Kita mencoba berkompromi dengan membuat hunian vertikal yang tidak terlalu tinggi dengan ketinggian hanya empat atau lima lantai sehinggga tidak terlalu tinggi dan tidak perlu elevator. Dengan demikian biaya

operasional dan harga jualnya bisa ditekan sehingga masuk ke rusunami yang merupakan rumah bersubsidi bertingkat agar dapat pemenuhan rumah dan mengurangi angka backlog rumah sekitar 250.000 unit

bisa tercapai,” ungkapnya.

Menurut Rama, pasar backlog rumah adalah masyarakat yang paling dasar yang membutuhkan rumah. Sedangkan suplai untuk rumah murah atau rumah bersubsidi hanya mencapai 200 unit tahun ini, untuk itu pihaknya berharap bisa menyediakan rumah bersubsidi setidaknya 500 unit tahun depan. (Ria/Yud)

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: tomi

Tags

Rekomendasi

Terkini

KRISNA, Ruang Apresiasi Kerja Kolektif Civitas Akademika

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:15 WIB
X