Kota Yogyakarta HUT ke-263, Jalur Pedestrian Semakin Bagus

Photo Author
- Senin, 7 Oktober 2019 | 10:10 WIB
Foto: Dok
Foto: Dok

YOGYA, KRJOGJA.com - Pemerintah Kota Yogyakarta terus melakukan penataan untuk memperindah estetika kota serta menambah kenyamanan masyarakat. Salah satu yang banyak mendapat apresiasi masyarakat adalah pembangunan jalur pedestrian di titik-titik strategis, antara lain di kawasan Malioboro, Stasiun Yogyakarta dan Kotabaru.

Namun demikian, membicarakan tata kota tidak hanya soal jalur pedestrian semata. Ada banyak hal yang perlu ditata, mulai tata guna lahan, tata bangunan, tata sirkulasi dan transportasi publik serta ruang terbuka publik. "Untuk pembangunan jalur pedestrian di Kota Yogyakarta sudah bagus, tapi masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan Pemkot. Minimal empat hal di atas yang perlu mendapat perhatian," terang Pengamat Rancang Kota sekaligus Ketua Program Studi S2 Arsitektur dan Kawasan Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM) Dr Ikaputra, kepada KR, Minggu (6/10) terkait usia Kota Yogyakarta yang memasuki usia 263 tahun.

Menurut Ikaputra, tata bangunan terbagi menjadi dua kategori yaitu bangunan bersejarah dan tidak bersejarah, yang harus diatur secara tegas. Ia mencontohkan masih banyaknya bangunan-bangunan bersejarah di sepanjang Malioboro yang tertutupi billboard iklan. "Soal ini Pemkot harus tegas dengan pemilik toko, agar estetika kota semakin indah dengan bangunan bersejarahnya," tuturnya.

Selain itu masih banyak billboard iklan ukuran besar yang menutupi pepohonan di tepi jalan protokol. Padahal pepohonan itu berfungsi untuk memperindah kota sekaligus perindang yang menambah kenyamanan. "Kalau kita lihat Jalan Slamet Riyadi Solo semua pepohonannya terlihat tanpa penghalang. Seharusnya itu juga diterapkan di Kota Yogya," katanya.

Kemudian soal jalur pedestrian, menurut Ikaputra, tidak berhenti pada pembangunan. Jalur pedestrian perlu didukung sistem transportasi publik yang baik, seperti moda transportasi bus atau kereta perkotaan. Ini penting supaya orang yang datang ke Kota Yogya tidak menggunakan kendaraan pribadi sehingga mengurangi kemacetan lalu lintas. "Banyak ide mengenai transportasi publik salah satunya kereta perkotaan yang semoga segera terealisasi," katanya.

Menurut Ikaputra, keberadaan jalur pedestrian yang baik, sangat berpengaruh menambah estetika kota. Dengan semakin banyak orang yang berjalan kaki dan menikmati kawasan pedestrian, menjadikan bagian-bagian lain seperti pemilik toko juga ikut berbenah mempercantik tokonya. "Sebelum ada julur pedestrian, orang kurang peduli dengan estetika kota. Sekarang dengan banyaknya orang memanfaafkan jalur pedestrian, semakin banyak yang peduli dengan keindahan kota," katanya.

Kekurangan dari Kota Yogya perihal tata kota, menurut Ikaputra, jumlah ruang terbuka publik masih sangat sedikit. Padahal itu sangat dibutuhkan masyarakat untuk refreshing, bermain atau kegiatan luar ruang lainnya, terutama saat akhir pekan. Meskipun ada ruang terbuka seperti di kawasan Graha Sabha Pramana UGM atau JEC, namun itu tidak didesain khusus sebagai ruang terbuka publik.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

KRISNA, Ruang Apresiasi Kerja Kolektif Civitas Akademika

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:15 WIB
X