Siswa SMPN 1 Yogyakarta Dilatih Jadi “Penemu dan Penulisâ€Â

Photo Author
- Jumat, 13 September 2019 | 13:32 WIB
Guru menjadi fasilitator mengembangkan kreativitas siswa di dalam metode PINTAR (Harminanto)
Guru menjadi fasilitator mengembangkan kreativitas siswa di dalam metode PINTAR (Harminanto)

YOGYA, KRJOGJA.com - Siswa SMPN 1 Yogyakarta mengikuti program PINTAR (Pengembangan Inovasi untuk Kualitas Pembelajaran) yang digagas Tanoto Foundation hari ini. Bersama 180 pengajar dan mentor dari wilayah Jawa Tengah dan Kalimantan Timur yang sebelumnya menjalani pelatihan, para siswa didorong menjadi penemu sekaligus penulis dalam setiap mata pelajaran yang diikuti.

Ujang Sukandi, Kepala Pelatihan Sekolah dan Guru Program PINTAR mengatakan setiap mata pelajaran memiliki karakter keterampilan dan proses tersendiri yang perlu dilatihkan secara berkelanjutan kepada siswa. Peran pengajar atau mentor menurut dia sangat penting untuk menyampaikan kekhasan tiap mata pelajaran.

Misalnya, menurut Ujang dalam pembelajaran Matematika yang berciri melatihkan siswa keterampilan berupa penalaran, pembuktian, representasi, koneksi, komunikasi dan proses yang terdiri dari penyelidikan, penemuan, dan pemecahan masalah. "Jadi dalam belajar Matematika, siswa tidak hanya diberikan rumus, tetapi kita akan mendorong dan memfasilitasi siswa untuk menemukan rumus tersebut,” ungkapnya pada wartawan di SMPN 1 Yogyakarta Jumat (13/9/2019).

Mata pelajaran yang dikembangkan metodenya dalam modul kedua Program PINTAR ini yakni Matematika, IPA, bahasa Indonesia, IPS, bahasa Inggris, dan Literasi Kelas Awal. Pembelajaran dalam setiap mata pelajaran tersebut dapat mengembangkan potensi anak, yaitu rasa ingin tahu dan berimajinasi di mana kedua hal tersebut merupakan dasar bagi kreativitas.

“Seperti dalam pembelajaran IPS, guru dilatih mengembangkan keterampilan IPS dan sikap sosial siswa. Keterampilan IPS yang dimaksud adalah keterampilan berpikir kritis, mengolah informasi, berperan dalam kelompok, dan mampu mengkonstruksi pengetahuan baru. Sikap sosialnya seperti peduli, jujur, santun, dan bertanggungjawab. Sementara pada pembelajaran IPA, kekhasannya ada pada menemukan jawaban dari persoalan dengan cara metode ilmiah,” ungkapnya lagi.

Sementara Woro Sri Hastuti, dosen Universitas Negeri Yogyakarta yang juga tim penyusun Modul II Program PINTAR mengungkap semisal ketika siswa belajar perpindahan panas, tidak cukup hanya dijelaskan secara teori dan atau menghitung rumus. Namun, perlu difasilitasi untuk membuat alat sederhana penahan panas sebagai upaya membangun konstruksi berpikir konkrit tentang imajinasi teori tersebut.

"Misalnya, siswa ditugaskan membuat botol yang bisa membuat air panas terjaga panasnya. Mereka akan bereksprimen membuat wadah penahan panas dari berbagai bahan seperti alumunium foil, koran bekas, kain bekas, atau kardus bekas untuk menemukan bahan yang paling bagus menjaga air tetap panas. Mereka akan belajar penerapan konsep perpindahan panas dalam kehidupan sehari-hari. Ini yang tadi juga disampaikan ke siswa SMPN 1 Yogyakarta,” ungkapnya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

KRISNA, Ruang Apresiasi Kerja Kolektif Civitas Akademika

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:15 WIB
X