YOGYA, KRJOGJA.com - Slogan berbuka puasa dengan yang manis sudah tak asing ditelinga pada bulan ramadan, fakta membenarkan bahkwa anjuran tersebut dilakukan oleh Nabi yang berbuka puasa dengan kurma (manis) atau air, karena mengandung hikmah yang sangat mendalam sekali.Â
KH Miftah Maulana Habiburrahman atau Gus Miftah, pengasuh Ponpes Ora Aji, Kalasan, Sleman mengatakan berbuka dengan yang manis memang dianjurkan bagi mereka yang tengah berpuasa. Dan itu yang dilakukan Nabi.
عَنْ أَنَس٠بْن٠مَالÙÂك٠قَالَ: كَانَ النَّبÙÂÙŠÙÂÙ‘ صَلَّى اللَّه٠عَلَيْه٠وَسَلَّمَ ÙŠÙÂÙÂْطÙÂر٠قَبْلَ أَنْ ÙŠÙÂصَلÙÂّيَ عَلَى رÙÂطَبَاتÙÂØŒ ÙÂÙŽØ¥ÙÂنْ لَمْ تَكÙÂنْ رÙÂطَبَاتٌ ÙÂَتÙÂمَيْرَاتٌ، ÙÂÙŽØ¥ÙÂنْ لَمْ تَكÙÂنْ تÙÂمَيْرَاتٌ ØÂَسَا ØÂَسَوَات٠مÙÂنْ مَاءÙÂ
“Dari Anas bin Malik, ia berkata : Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berbuka puasa sebelum shalat dengan ruthab (kurma basah), jika tidak ada ruthab, maka beliau berbuka dengan tamr (kurma kering), dan jika tidak ada tamr, beliau meminum seteguk air. "Itu adalah dasar berbuka yang manis," kata Gus Miftah ketika dihubungi wartawan. Selasa ( 07/05/19). Pagi tadi.
Gus Miftah menambahkan, anjuran berbuka dengan yang manis pasalnya pada saat puasa lambung kosong dari makanan apapun. Sehingga tidak ada sesuatu yang sesuai dengan hati yang dapat di disuplai langsung ke seluruh organ tubuh serta langsung menjadi energi.Â
Selain itu, kandungan karbohidrat yang ada dalam kurma lebih mudah sampai ke hati dan lebih cocok dengan kondisi organ tersebut.
"Buka puasa dengan kurma masak ( matang) yang masih segar, hati akan lebih mudah menerimanya sehingga amat berguna bagi organ tubuh sekaligus juga dapat langsung diproses menjadi energi. Kalau tidak ada kurma basah, kurma kering pun baik, karena mempunyai kandungan unsur gula yang tinggi pula," tambahnya.Â