YOGYA, KRJOGJA.com - Kemasan Pasar Malam Perayaan Sekaten (PMPS) terus berubah setiap waktu, mengikuti permintaan pasar. Dari sebelumnya yang kental akan nilai-nilai agama, bergeser didominasi kegiatan bisnis.
“Tentu berubah karena mengikuti permintaan pasar. Nilai-nilai penyebaran agama Islam mungkin masih ada, tapi semakin menipis karena didominasi kegiatan bisnis,†terang Sosiolog UGM Prof Dr Sunyoto Usman.
Menurut Sunyoto, awalnya Sekaten dihubungkan dengan peran dan partisipasi Kraton Jawa dalam penyebaran agama Islam. Gamelan, Gunungan dan lain-lain diberi makna-makna tertentu bernuansa Tauhid.
Meskipun hal itu tidak ada dalam ajaran Islam, melainkan budaya sebagai sarana syiar Islam. Gerebeg Mulud yang dahulu dihubungkan dengan barokah ditandai dengan hasil bumi, kini menjadi hiburan.
“Dalam perkembangannya, Sekaten menjadi sarat kegiatan bisnis, hiburan dengan retribusi cukup besar. Sekaten yang awalnya sebagai media penyebaran Islam bergeser menjadi kegiatan bisnis dan hiburan,†kata Sunyoto.
Terkait kejadian kecelakaan di salah satu wahana permainan bianglala di arena PMPS, menurut Sunyoto, unsur keselamatan adalah yang utama dan dipilih permainan yang tidak mempertaruhkan nyawa.
Sementara Kabid Informasi dan Statistik Dinas Kominfo dan Persandian Kota Yogyakarta, Tutik Susiatun SPt menjelaskan evaluasi pelaksanaan PMPS 2018 baru akan dilaksanakan setelah selesai perhelatan. Namun demikian ia masih akan terus memperhatikan dinamika yang terjadi sebagai bahan evaluasi mendatang.
Pengamat budaya KRT Akhir Lusono berharap panitia senantiasa memperhatikan keluhan, kritik maupun saran pengunjung sebagai bekal menggelar evaluasi. Sebab hal tersebut menjadi patokan untuk menggelar kegiatan serupa di waktu mendatang. (Dev/Feb)