PERASAAN senang ketika aku diterima kuliah jurusan ilmu komunikasi UIN Sunan Kalijaga. Padahal sebelumnya kuliah hanya impian yang belum tentu bisa aku dapatkan. Aku merasa tidak ada kesempatan dan tidak sanggup untuk menjadi seorang mahasiswa.Â
Ternyata aku salah, kesempatan itu datang dan akan ku buktikan jika aku mampu.
Namaku Taufik Rahmadi, umur 19 tahun, asal dari Medan dan semenjak SMP pindah ke Yogyakarta. Lebih tepatnya tinggal di asrama yang berlokasi di JL Parangtritis no 46 Bantul. Diasrama tersebut aku tinggal sendiri, hanya ada teman seasrama yang menemani. Orangtua berda di Medan, tidak bisa menemaniku karena harus bekerja di pabrik.Â
Setiap pagi aku berangkat ke kampus jam 06.30 naik transjogja sendiri. Pulang tentu menunggu selesai semua makul, bisa sore bahkan malam hari. Kalau lagi malas atau susah naik transjogja, aku memilih untuk naik ojek online. O,iya… mungkin tidak seperti kebanyakan teman-teman, karena aku seorang tuna netra dari lahir.
Pembaca sudah tahu mengapa aku merasa tidak mampu menjadi mahasiswa. Dengan keterbatasanku ini apa iya ada universitas yang mau menerimaku. Sedangkan kuliah tingkat kesulitanya lebih dari sekolah-sekolah sebelumnya. Bakal semakin sulit dari materi dan praktik yang akan dilakukan. Tapi sekarang aku bersyukur, benar-benar senang akhirnya mendapatkan kesempatan.Â
Diterimanya kuliah, dari keluarga sangat mendukung apa yang aku lakukan. Karena memang dari SMP aku bercita-cita ingin kuliah, dan semenjak itu terus di semangati oleh orangtua. Walaupun merasa khawatir dengan perkuliahan kedepan, ketika praktik, tugas tugas yang membutuhkan kemampuan melihat visual. Selama SMP dan SMA ketika ada tugas gambar, foto atau video yang membutuhkan kemampuan visual, maka aku meminta keringanan atau diganti tugas lain yang bobotnya seimbang. Tetapi tidak tahu kedepanya ketika diperkuliahan.
Memang butuh usaha lebih untuk bisa mengikuti pelajaran disekolah dulu. Seperti halnya buku-buku bacaan dan materi agar bisa terbaca aku harus men scan buku tersebut dalam format pdf atau meminta bantuan ke sekolah untuk dicarikan buku dalam bentuk ebook. Lalu dari file yang sudah di scan maupun ebook bisa di terjemahkan oleh software JAWS (Job Access With Speech) dalam bentuk suara. Jadi aku mendengarkan di komputer apa yang di terjemahkan oleh JAWS.Â
Selain scan buku dan ebook, juga bisa browsing di internet terkait materi pelajaran. Tentunya juga diterjemahkan oleh JAWS. Begitu pula dalam pengoperasian smartphone, dibantu dengan fitur google talk back untuk menterjemahkan apa yang ada di layar menjadi suara. Perlahan aku mulai merasakan terkucilkan dari teman-teman, sekedar ngobrol pun hanya beberapa teman saja. Suasana ramai hanya ada di kelas, setelah kelas selesai aku kembali sendiri. Duduk di taman atau berjalan menyusuri tempat-tempat difakultas sambil mencoba menghafal jalan. Jika lapar setidaknya bertanya dimana arah kantin, kalau boleh sekalian di antarkan.Â