Bantuan lain yang diberikan pihak universitas kepada mahasiswa terdampak, kata Rektor UGM, memberikan kesempatan kerja paruh waktu untuk membantu administrasi di fakultas maupun universitas dan diberi honorarium. "Kita sudah berkoordinasi dengan seluruh Dekan, Ketua Departemen, Ketua Prodi dan Direktur Direktorat di lingkungan UGM untuk memberikan fasilitas kerja paruh waktu. Honorarium itu sebagai uang lelah mahasiswa yang telah bekerja, sehingga mereka punya pemasukan," kata Panut.
Sedangkan bagi mahasiswa dari Sulteng atau Lombok yang ingin melanjutkan kuliah, seperti mahasiswa dari Universitas Tadulako Palu yang tidak bisa kuliah karena terdampak bencana, UGM menyediakan fasilitas perkuliahan sementara (sit in), disesuaikan prodi dan mata kuliahnya. Terkait penilaian kuliahnya, menurut Panut Mulyono, akan diberikan oleh dosen universitas asal. Namun ia juga meminta dosen UGM memberikan nilai. "Dipakai atau tidak nilai itu, terserah dosen dari universitas asal," katanya.
Terkait asrama bagi mahasiswa asal Sulteng dan Lombok yang kuliah di UGM, menurut Panut bisa menggunakan asrama milik UGM yang kosong. "Masih banyak kamar yang kosong yang bisa dipakai adik-adik mahasiswa," katanya. Panut juga menuturkan bahwa Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Belmawa) Kemenristek Dikti punya skema bantuan bagi mahasiswa yang sit in berupa biaya transportasi dan biaya hidup Rp 1 juta perbulan. Bantuan tersebut disalurkan Belmawa ke universitas dan selanjutnya diberikan ke mahasiswa penerima. "Namun hingga saat ini petunjuk teknis dari Belmawa terkait skema bantuan tersebut belum ada," ucap Panut.(Ira/Ria/Dev)
