Warga Berebut Karomah Air Jamasan Kereta Pusaka

Photo Author
- Selasa, 2 Oktober 2018 | 14:10 WIB

YOGYA, KRJOGJA.com - "Mas minta satu botol lagi," teriak seorang ibu. Tiba-tiba, muncul pria muda yang cukup kuat datang membawa gayung air. Ketika gayungnya penuh terisi air, sekejap itu juga langsung diguyurkan di tubuhnya. Sontak hal tersebut membuat kerumunan orang yang berjejal di dekatnya menjadi riuh.  

Itulah serunya saling berebut air bekas jamasan kereta kencana kanjeng Nyai Jimat milik Kraton Yogyakarta yang dijamas di Kompleks Museum kareta Kraton Yogyakarta, Selasa (2/10/2018). Ratusan orang tua maupun muda memadati lokasi jamasan yang cukup sempit. Mereka berdesakan ingin mengambil air sisa cucian kereta pusaka yang diyakini memiliki manfaat tersendiri.

"Tiap tahun datang ke sini. Sudah dapat airnya satu botol. Mau dipakai minum sehari-hari, mandi dan lainnya. Nanti airnya dicampur sama air yang ada di rumah. Semua keyakinan masing-masing juga," ucap Yantinah (50), warga wirogunan Yogyakarta saat dijumpai KRJOGJA.com sela prosesi.

Demikian juga yang disampaikan warga Indramayu, Sucipto (45). Ia datang bersama rombongan sekitar 50 orang dari daerahnya menggunakan bus hanya khusus untuk ikut acara jamasan kereta pusaka Kraton Yogyakarta. Hal tersebut sudah dilakukannya sejak tahun 2005 lalu.

"Kembali pada keyakinan atau kepercayaannya. Kami datang untuk ambil air jamasannya. bagi yang punya empang ya dikasih di situ. harapannya tambah barokah dan karomah. Kalau meminta tetap pada Allah SWT. Cuma sebagai perantaranya saja," akunya.

Sementara Pengirit Abdi Dalem Konco Roto, Wedono Roto Diwiryo menuturkan, seperti biasa pada jamasan tahun ini Kanjeng Nyai Jimat sebagai kereta pusaka utama yang dijamas. Karena usianya yang cukup tua sejak era HB I, pelaksanaannya cukup hati-hati. Menggunakan air perasan jeruk untuk bagian tertentu dan air bunga.

"Membersihkannya menggunakan kain mori yang disediakan Kraton Yogyakarta," sebutnya.

Selain Kanjeng Nyai Jimat, dalam kesmepatan ini juga dilakukan jamasan kereta pendamping, yakni Kanjeng Kyai Harsunaba. Kereta tersebut aktif dipakai semasa pemerintahan Sultan HB VI yang dibeli pada 1870 untuk keperluan kebesaran.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: danar

Tags

Rekomendasi

Terkini

KRISNA, Ruang Apresiasi Kerja Kolektif Civitas Akademika

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:15 WIB
X