YOGYA, KRJOGJA.com - Hingga tahun 2017 ini ternyata mayoritas pangsa pasar konstruksi di Indonesia masih tidak merata dan dikuasai kontraktor besar, padahal jumlah kontraktor besar hanya 2 persen dari total 128.570 kontraktor. Setidaknya inilah permasalahan yang mencuat dalam Diskusi Nasional "Tantangan dan Implementasi UU No 2/2017 " dalam rangka HUT Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) DIY ke-17 di Inna Garuda Yogyakarta Rabu (15/3/2017).
Ketua LPJK DIY Widodo Brontowijoyo mengungkap saat ini memang pangsa pasar konstruksi di Indonesia masih sangat jomplang di mana kontraktor kecil hanya bisa memperebutkan 20 persan dari total proyek yang ada. Padahal menurut Widodo, jumlah kontraktor kecil mencapai angka lebih dari 100 ribu.
"Kontraktor kecil ini jumlahnya lebih dari 100 ribu namun hanya bisa memperebutkan 20 persen 'kue' saja. Justru sebaliknya kontraktor besar yang hanya 2 persen saja atau sekitar 2400-an justru mendapatkan 80 persen pangsa pasar konstruksi," ungkapnya.
Widodo mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2013 saja di Indonesia terdapat 128.570 kontraktor aktif secara nasional. Rinciannya jumlah kontraktor kecil sebanyak 108.626 atau 85%. Jumlah kontraktor besar hanya 2% atau 2.433 kontraktor dan 17.511 kontraktor menengah atau 14%. Dia mengakui kuanitas banyak ini belum dibarengi dengan kualitas yang berdampak pada daya saing terutama di tingkat internasional.
"Jumlah kontraktor besar yang sudah bersertifikat masih rendah, ini yang membuat kontraktor Indonesia tidak mampu menembus pasar internasional. Berbeda dengan negara maju sepeti Amerika Serikat, Inggris atau Jepang, mereka punya kontraktor spesialis sekitar 59-72%, China punya 48% nah Indonesia hampir tidak ada," lanjutnya lagi.
Direktorat Jenderal Bina Konstruksi Kementerian PUPR Yaya Supriyatna menilai tantangan jasa konstruksi di Indonesia masih cukup banyak diantaranya persoalan mendasar sertifikasi pekerja. "Salah satunya menimbulkan banyak kegagalan bangunan karena belum memenuhi ketentuan konstruksi yang berkelanjutan juga masih tingginya angka kecelakan kerja pada sektor konstruksi, ini yang masih harus jadi pekerjaan rumah," terangnya. (Fxh)