SLEMAN (KRjogja.com) - Gubernur DIY Sri Sultan HB X mengunjungi laboratorium Eliminate Dengue Project (EDP) UGM yang mengembangakan nyamuk Aedes Aegypti ber-Wolbachia, Selasa (14/02/2017). Dalam kesempatan tersebut Sultan menyatakan dukungan pengembangan nyamuk tersebut untuk menekan angka Demam Berdarah Dengue (DBD) di wilayah DIY.
Peneliti EDP Prof Adi Utarini mengatakan saat ini pihaknya terus melakukan penelitian terkait dampak positif penyebaran nyamuk ber Wolbachia di wilayah DIY. Penelitian lanjutan yang seturut rencana dilaksanakan hingga 2019 ini sangat penting untuk mengetahui seberapa besar dampak nyamuk Wolbachia terhadap pengurangan penyakit DBD.
"Kita terus lakukan penelitian lanjutan dengan menyebar acak telur nyamuk ber-Wolbachia dan harapannya setelah ini mendapatkan dukungan penuh dari Pemda DIY karena sudah ada diskusi penyusunan roadmap. Saat ini kita ingin lihat seberapa besar efek pengurangan DBD oleh nyamuk ber-Wolbachia ini, dan sudah disebar di beberapa wilayah untuk nantinya dibandingkan dengan daerah yang belum disebar," ungkapnya.
Hingga awal 2017 ini, 12 kluster yang akan dititipi ember telur nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia meliputi sebagian wilayah di Kelurahan Cokrodiningratan, Gowongan, Terban, Demangan, Klitren, Ngampilan, Ngupasan, Pringgokusuman, Sosromenduran, Purwokinanti, Suryatmajan, Tegalpanggung, Baciro, Semaki, Mujamuju, Gedongkiwo, Kadipaten, Notoprajan, Patehan, Gunungketur, Pandeyan, Sorosutan, Tahunan, Wirogunan, Warungboto, dan Desa Bangunharjo di Bantul. "Kita akan melihat bagaimana efeknya paling tidak tiga tahun kedepan," lanjutnya.
Dalam peninjuan tersebut, Sultan bersama Kepala Dinas Kesehatan Pembajun Setiyaninastuti sempat memberi makan nyamuk Wolbachia di laboratorium EDP UGM. Selama hampir lima menit Sultan meletakkan tangannya di atas kandang nyamuk berisi 150 ekor nyamuk.
"Tidak terasa ternyata dicokot nyamuk, ternyata begini cara untuk memberi makan. Harus diteruskan penelitian ini agar angka DBD di DIY terus menurun," ungkap Sultan.
Meskipun demikian, Sultan juga berharap para peneliti mempertimbangkan perubahan nyamuk di mana bakteri akan hilang di turunan ke tujuh. "Kita masih belum tahu apakah nyamuk akan berubah atau tidak, inilah diperlukan penelitian yang terus karena efeknya menyangkut masyarakat luas," imbuhnya. (Fxh)