Atau juga, pemerintah atau instansi terkait tidak memberi pengawasan secara benar atas sebuah naskah yang diterbitkan. Tanpa disadari, masa depan bangsalah yang sebenarnya dipertaruhkan. Dan ini merupakan awal dari seluruh permasalahan bangsa ini dalam 20 tahun kemudian,†ujarnya.
Â
Lebih jauh dijelaskan Priyono, permasalahan serius muncul ketika sebuah penerbit kemudian juga berperilaku seperti toko buku yang dipatok oleh target dan kemudian melakukan berbagai strategi pemasaran berbasiskan target rupiah. Penting bagi sebuah penerbit memiliki dan berpegang teguh pada visi misi untuk ikut mencerdaskan dan sekaligus dalam pembangunan mental bangsa.
Â
“Visi misi itu merupakan komitmen. Oleh karena itu, visi misi itu harus dipegang teguh oleh generasi baru pengambil keputusan sebuah institusi penerbitan. Hanya dengan cara demikian, sebuah penerbitan ikut serta dalam pembangunan mental bangsa. Jika hal itu tidak dilakukan, sebuah buku hanya akan menjadi sebuah proyek dan kelak kemudian masa depan bangsa yang dipertaruhkan,†tegas pria yang sederhana ini. (*)
Â
Â