Tafsir Sosok Arya Penangsang

Photo Author
- Kamis, 20 Oktober 2016 | 14:57 WIB

YOGYA (KRjogja.com) - Adipati Arya Penangsang menjadi sosok yang begitu dikenal di dunia seni tradisional ketoprak. Banyak pementasan yang membawakan lakon ini. Namun hampir semuanya mengambil cerita tentang Penangsang Gugur sebagai akhirnya.

Selain itu, sosok Adipati Jipang Panolan tersebut juga digambarkan sebagai seorang yang memiliki watak angkara murka. Padahal Arya Penangsang bagi warga Blora Jawa Tengah diyakini sebagai pahlawab dan hingga kini masih dielu-elukan.

Cerita soal Arya Penangsang inilah yang akan dihadirkan dalam Pementasan Teater 'Penangsang Memanah Rembulan' di Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta, Senin (31/10) pukul 19.00 WIB. Pergelaran kolosal ini merupakan persembahan Pusat Studi Kebudayaan UGM dengan mengangkat dari novel karya Joko Santosa.

"Bukan mengulang lakon atau sejarah yang sudah ada. Tapi memberikan tafsir melalui bahasa simbol yang harus diterjemahkan pemain. Sehingga harapannya hal-hal yang sudah pernah terjadi tidak terulang lagi," tutur sutradara pementasan Jujuk Prabowo kepada wartawan di Bale Timoho Yogyakarta, Kamis (20/10/2016).

Menurut Jujuk, sebenarnya Arya Penangsang ada dalam diri tiap manusia. Hanya saja bagaimana tiap orang mengendalikannya. Selain itu, kabanyakan orang hanya melihat Penangsang dari kulit luarnya saja. Padahal banyak kebaikan Penangsang yang tidak diketahui.

"Pengetahuan dikonstruksi rezim yang berkuasa. Sehingga hal yang minor memang dibuat tidak diketahui. Sehingga ada proses demokratisasi pengetahuan hingga yang berada di pinggir coba diketengahkan untuk diketahui," ucap Kepala Pusat Studi Kebudayaan UGM Dr Aprianus Salam MHum.

Sementara itu Joko Santosa melalui novelnya mengatakan tidak ingin melakukan rekonstruksi. Tapi mendekonstruksi Penangsang sehingga ia menjadi sosok profil yang tepat. Berbeda dengan cerita tutur yang kemudian dimainkan dalam pentas ketoprak.

Menurut Jujuk, pentas ini akan menggunakan konsep seni pertunjukan lepas dari segi ketoprak. Cukup banyak kesulitan yang harus dihadapi sekitar 60 pemain yang memperkuat pementasan ini karena harus mengejawantahkan karya naskah Bondan Nusantara yang berangkat dari percakapan ketoprak memakai bahasa Jawa ke dalam bahasa Indonesia.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: ivan

Tags

Rekomendasi

Terkini

KRISNA, Ruang Apresiasi Kerja Kolektif Civitas Akademika

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:15 WIB
X