YOGYA (KRjogja.com) - UMKM di DIY yang mayoritas tradisional atau muncul karena keterpaksaan tetap harus dibekali pendampingan dan diarahkan pada entreprenuership yang sesungguhnya. Pendampingan tersebut dilakukan secara berkesinambungan minimal tiga tahun dengan metode panduan praktis dan solutif.
Founder and Chairman of MarkPlus Inc, Hermawan Kartajaya mengatakan UMKM muncul dikarenakan dua alasan yaitu kebutuhan dan dirancang. UMKM yang lahir berdasar kebutuhan karena memang tidak ada kerjaan, sedangkan UMKM yang lahir dari desain karena memang mempunyai rencana. Keduanya memiliki kelemahan, UMKM yang dirancang tidak bertahan lama dan UMKM berdasar kebutuhan masih tradisional.
"DIY adalah kota UMKM yang harus mempunyai entrepreneurship yang sesungguhnya bukan karena keterpakssaan, produktif, efektif dan efisien serta kreatif. UKM itu kuncinya pendampingan yang baik bukan Kredit Usaha Rakyat (KUR)," papar Hermawan dalam Diseminasi Perkembangan Ekonomi Keuangan DIY Triwulan II 2016 dan Temu Responden Survei dan Liaison di Kantor Perwakilan Bank Indonesia DIY, Senin (3/10/2016).
Hermawan menuturkan UMKM di DIY cukup kreatif, hanya kreativitas itu harus ada unsur produktivitasnya. Jadi kreativitas menciptakan kesempatan, produktivitas menciptakan keuntungan. Kesempatan ini harus di re-invest untuk membuktikan UMKM adalah entrepreneur atau wirausaha.
"UMKM yang memiliki jiwa kewirausahaan itu harusnya tidak mikir konsumtif tetapi produktif. Dapat kredit dipakai untuk produktif jika UMKM entrepreneur," ujarnya. Â
Staf Khusus Kementerian Koperasi dan UKM ini menyampaikan model pendampingan bagi UMKM yang kepepet dan UMKM yang di desain berbeda. Pendampingan bagi UMKM yang dirancang menggunakan model wirausaha muda yang menyewa organisasi luar negeri dengan pendampingan dan pengecekan tiga bulan sekali. Sedangkan UMKM tradisional lebih kepada penawaran solusi dan panduan praktis.
"Pendampingan itu diberikan oleh benar-benar yang mengerti jangan asal dari akademisi. Pendampingan ini utamanya untuk mengubah mindset atau pola pikir pelaku UMKM," ungkapnya. (Ira)