YOGYA (KRjogja.com) - Menjalani sebuah profesi memang memiliki konsekuensi tersendiri. Salah satunya adalah supir bus antar kota dan antar provinsi.
Resiko karena perjalanan yang panjang dan melelahkan pastilah dihadapi setiap kali perjalanan. Hal ini tentu saja menjadi beban pekerjaan yang harus diatasi para supir tersebut setiap kali bertugas.
Namun, ada sesuatu yang mungkin terasa lebih memberatkan saat harus tetap bekerja di saat hari raya Idul Fitri tiba. Salah satu yang menceritakan hal tersebut adalah Budi Santoso, seorang supir bus asal Lampung Tengah yang memiliki trayek antar pulau yakni Sumatera-Jawa.
Bagi dia, tak bisa Berlebaran bersama keluarga mungkin akan terjadi tahun ini mengingat tugas yang harus dijalankan. "Tetap nyupir nanti sepertinya di hari H, karena bagaimana ini untuk mencari dana berlebaran anak istri juga," ungkapnya di terminal Giwangan, Sabtu (25/6/2016).
Biasanya, untuk sekali jalan, membutuhkan paling tidak satu hari penuh atau 24 jam dari Lampung menuju Yogyakarta atau sebaliknya. Waktu tersebut dipastikan akan semakin lama saat arus mudik dan balik yang terjadi sebentar lagi.
"Ya bagaimana, yang penting anak-anak dan istri bisa berlebaran. Kalau bapaknya nanti menyusul tidak apa-apa," imbuhnya tersenyum.
Bersama 49 supir lain, Budi mengikuti tes urin narkoba di terminal Giwangan siang tadi. Oleh BNNP DIY, urin supir-supir tersebut dites terkait kandungan narkotika yang mungkin dikonsumsi sebagai dopping atau penambah keberanian dalam bekerja.