KRjogja.com, YOGYA - Kenaikan harga sejumlah kebutuhan pokok, cabai dan sayuran di pasaran yang cukup signifikan tidak hanya menjadikan konsumen kelimpungan, tapi juga menuntut kecermatan dari pedagang.
Kecermatan itu dibutuhkan guna meminimalisir terjadinya kerugian akibat harga cabai dan sayuran yang tidak stabil. Adanya kondisi itu tidak boleh dibiarkan berlarut-larut, sebaliknya membutuhkan solusi yang cepat dan tepat dari pemerintah.
"Kenaikan harga cabai dan sayuran di pasaran yang tergolong signifikan ini dipengaruhi oleh berkurangnya pasokan akibat dampak dari El Nino dan kemarau panjang. Kemarau yang terjadi sejak beberapa bulan lalu berdampak pada masa panen sayuran.
Adanya kemarau panjang itu berpengaruh pada hasil panen, karena kekurangan air di lahan pertanian," kata dosen Prodi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Mercu Buana Yogyakarta (UMBY), Widarta, MM CDMP di Yogyakarta, Kamis (9/11).
Widarta mengatakan, guna menyikapi adanya kenaikan harga cabai dan sayuran, sudah saatnya pemerintah melakukan penguatan sektor pangan di Indonesia perlu diprioritaskan. Penguatan sektor pangan itu diperlukan untuk menjaga perekonomian agar tetap tumbuh positif.
Pasalnya sektor pertanian di Indonesia tumbuh melambat sebesar 1,46 persen dengan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 13,57 persen pada kuartal III 2023. Perlambatan tersebut disebabkan oleh kondisi El Nino dan kemarau panjang yang berdampak pada menurunnya produksi pangan. Mudah-mudahan kondisi itu bisa segera ditanggani seiring dengan datangnya musim penghujan.
"Saat ini musim penghujan sudah mulai turun di beberapa daerah lumbung pertanian. Adanya kondisi itu dimanfaatkan petani dengan mulai menanam komoditas sayuran. Dengan begitu kenaikkan harga sayur di pasaran diharapkan bisa segera teratasi dalam beberapa bulan terakhir," terangnya.
Menurut Widarta, banyaknya petani yang menanam komoditas sayuran diharapkan supply sayuran akan kembali normal. Selain sayuran dan cabai, beras yang turut berkontribusi terhadap inflasi perlu mendapat perhatian lebih. Begitu pula dengan kedelai. Karena sampai saat ini sampai kedua komoditas tersebut masih mengandalkan import.
"Apabila harga beras tidak terkendali, maka akan berdampak pada meningkatnya inflasi serta menurunnya daya beli masyarakat. Supaya hal itu tidak terjadi alokasi anggaran untuk bantuan pangan atau uang tunai tetap perlu diberikan bagi masyarakat tidak mampu. Selain itu, stok bahan pangan harus dipastikan tersedia, termasuk opsi impor demi stabilisasi harga," tambahnya. (Ria)