Soal Pantun Keras ke Jokowi, Yuni Astuti Ungkap Permintaan Ini ke Butet Kartaredjasa

Photo Author
- Selasa, 30 Januari 2024 | 07:42 WIB
Butet dan kawan-kawan sedang mempersiapkan Musuh Bebuyutan.
Butet dan kawan-kawan sedang mempersiapkan Musuh Bebuyutan.


Krjogja.com - YOGYA - Budayawan Butet Kartaredjasa membacakan pantun hasil karyanya di kampanye akbar PDI Perjuangan bertema Hajatan Rakyat Yogyakarta yang digelar di Alun-alun Wates, Kulon Progo, Minggu (28/1/2024) kemarin. Pantun itu tersebar viral dan menuai pro kontra karena kritik keras Butet pada Jokowi di dalam isinya.

Ketua Dewan Penasehat Relawan Bersama Prabowo (Bepro) DIY, Yuni Astuti angkat bicara tentang dugaan umpatan Butet ke Jokowi dan menyayangkan adanya kejadian tersebut. Yuni menilai Butet adalah sesepuh budayawan yang tak elok melakukan hal tersebut.

Baca Juga: Cegah Disinformasi, Kolaborasi Kunci Pemerintah Sukseskan Pemilu Damai 2024

"Ya saya menyayangkan saja. Pak Butet itu kan salah seorang sesepuh budayawan dan seniman di Yogyakarta. Kok rasanya gak tepat saja kalau kemudian melakukan itu. Apalagi ini di depan banyak massa dan saat kampanye pula," ungkap Yuni Astuti saat ditemui disalah satu kafe di Yogyakarta, Senin (29/1/2024) malam.

Yuni mengungkapkan jika antara Butet dan Jokowi selama ini berkawan baik dan punya sejarah yang bagus. Beberapa kali Jokowi hadir langsung ke acara-acara yang digelar seniman di Yogyakarta dan bahkan membagikan bantuan untuk para seniman yang terdampak pandemi kala itu.

Baca Juga: Tren Kuliner 2024, Mulai Nasi Campur sampai Makanan Organik

"Dulu di Pilpres 2014 dan 2019, Pak Butet kan ada dibarisan pendukungnya Pak Jokowi. Hubungan dua orang ini kan agak renggang jelang Pilpres 2024 ini. Ya kalau misal sekarang Pak Butet dan Pak Jokowi berbeda sikap politik kan sebenarnya gak masalah. Tapi ya jangan menjelekkanlah ya. Harusnya untuk budayawan selevel Pak Butet sudah bisa menep lah kalau Bahasa Jawanya," sambung Yuni Astuti.

Yuni Astuti menambahkan seharusnya meski berbeda sikap politik, semua pihak harusnya saling menghormati. Yuni Astuti menilai Pilpres 2024 ini kan hanya ajang seleksi untuk memilih pemimpin terbaik Indonesia.

Baca Juga: Simulasi Pemungutan Suara, Difabel Keluhkan Tingginya Kotak Suara

"Mungkin Pak Butet harus belajar dari Pak Prabowo. Pak Prabowo pasca Pilpres 2019 yang kita tahu bagaimana kerasnya saat itu pertarungnya justru dengan besar hati dan legowo atas nama kepentingan bangsa bergabung dengan pemerintahan Pak Jokowi yang dua kali Pilpres menjadi lawannya. Pak Butet harusnya bisa meneladani sikap Pak Prabowo," tutur politisi perempuan Gerindra ini.

Yuni menilai, seharusnya seluruh pihak menjaga adan dalam proses demokrasi ini. Pasalnya ketika kontestasi usai, maka seluruh elemen bangsa punya kewajiban yang sama bahu-membahu membangun Indonesia.

Baca Juga: Mau Cari Rumput, Sugito Malah Temukan Sepeda Motor

"Jadi perbedaan pandangan politik dalam kontestasi seperti Pilpres ini hal yang wajar namun harus tetap menjunjung tinggi etika dan adab di dalamnya. Toh nantinya pasca Pilpres ini ada tugas besar yaitu semua kubu baik yang menang maupun kalah harus tetap bersama-sama membangun Indonesia dan mensejahterakan rakyat," tutup Yuni Astuti. (Fxh)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Tomi Sujatmiko

Tags

Rekomendasi

Terkini

KRISNA, Ruang Apresiasi Kerja Kolektif Civitas Akademika

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:15 WIB
X