KRjogja.com - YOGYA - Bayi kuning atau penyakit kuning yang dalam istilah lain juga disebut hiperbilirubinemia sampai saat ini masih harus menjadi perhatian para orang tua. Kondisi yang menyebabkan kuning ini karena tingginya kadar bilirubin pada darah bayi.
Karena tingginya kadar bilirubin dalam darah bayi sehingga membuat bayi keliatan kuning. Kenapa? Karena bilirubin itu sebenarnya merupakan pigmen kuning. Bagaimana cara penanganannya?
dr Salsabila Sandi yang berdinas di Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak (RSKIA) Rachmi Yogyakarta menyampaikan pada normalnya orang dewasa memproduksi bilirubin tetapi karena sudah matang organ dan sel-sel darahnya sehingga bilirubin bisa keluar melalui feses dan urin. Itu sebabnya urin manusia berwarna kuning dan feses berwarna coklat disebabkan oleh hormon bilirubin tersebut.
Sehingga kondisi bayi kuning akibat adanya peningkatan kadar bilirubin pada bayi. Kondisi bayi kuning ada yang namanya jaundice fisiologis, sebenarnya hal wajar atau normal ada kondisi bayi yang kuning.
"Kondisi jaundice fisiologis atau normal ini terjadi pada usia 2 hari hingga 3 minggu justru tidak boleh terdeteksi dini kurang dari 24 jam itu non fisiliolis. Sehingga bayi yang berusia 2 hari sampai 3 minggu kuning masih dalam kondisi penyakit kuning fisiologis atau normal,” ungkap dr Salsabila, Sabtu (20/4/2024).
Dalam perbincangan bersama Doodle Exclusive Baby Care ini dr Salsabila juga mengungkap bilirubin yang dihasilkan dari pecahnya sel-sel darah di mana pada organ jantung bayi yang belum matang maka untuk mengeluarkan bilirubin masih sulit. Seiring dengan berjalannya waktu biasanya usianya 1 minggu 2 minggu saat organ-organnya sudah lebih matang dia bisa mengeluarkan bilirubin lebih baik dan menjadi sudah kuning saat bayi yang baru lahir.
Baca Juga: Asprov PSSI DIY Gelar Syawalan dan Doa Bersama HUT PSSI 94, Doakan Tim PON dan Liga 3
Tetapi apabila bayi usia lebih dari 3 minggu perlu dicari lagi penyebab lainnya. Tidak semua bayi mengalami mengalami kuning hanya saja jumlahnya cukup banyak. Untuk bayi yang lahirnya cukup bulan 50 persen bayi tersebut bisa mengalami kuning. Berbeda dengan bayi yang lahir prematur atau kurang bulan lebih tinggi prevalansinya 80 persen bisa mengalami kuning, tapi memang tergantung dari kondisi bayi itu sendiri,” sambung dokter wanita yang berdomisili di Yogyakarta ini.
dr Salsabila menuturkan beberapa cara mengetahui bayi mengalami kuning adalah cara yang aman dengan membawa ke dokter. Atau bisa juga dilakukan dirumah dengan melakukan penekanan dengan tangan ibu.
Lakukan penekanan dikulit bayi dengan dua jari agak lama dengan pencahayaan yang cukup. Warna kuning tersebut akan muncul jika bayi dalam kondisi penyakit kuning atau kuning. Biasanya kuning awal muncul dimulai dari wajah bayi.
Jika kadarnya akan semakin tinggi akan semakin turun ke dada, ke perut , tangan, kaki jika kalau kadarnya sudah sangat tinggi ditelapak tangan dan telapak kaki,” sambungnya.
Faktor penyebab bayi mengalami penyakit kuning ada beberapa macam seperti lahir prematur, adanya riwayat saudara kandung mengalami penyakit kuning atau kuning, bayi besar yang lahir dari ibu dalam kondisi memiliki penyakit diabetes juga adanya kekurangan Air Susu Ibu (ASI) sehingga bayi menjadi kekurangan cairan. Perawatan dilakukan melihat dari penyebab kuningnya, serta tingkat keparahan dan usia bayi.
Bayi kuning dicek darah kadar bilirubinnya memang meningkat tetapi tidak terlalu tinggi sehingga bisa dirawat di jalan dan melakukan perawatan dirumah saja. Namun dicermati memastikan nutrisi atau asupan Air Susu Ibu (ASI) cukup dan tidak ada tanda-tanda dehidrasi.
“Yang perlu diperhatikan adalah tidak diperbolehkan memberikan bayi air putih, susu formula, air gula tanpa anjuran dokter. Saat menjemur bayi tidak boleh terpapar sinar matahari terlalu lama dan sebaiknya pada pagi hari diatas jam 10 atau menjelang sore. Karena kulit bayi yang sensitif berikan alat pelindung sehingga terhindar dari luka bakar pada kulit bayi. Cukup jemur bayi selama 10 hingga 15 menit dan jangan terlalu siang. Tetapi jika saat diperiksa di dokter dan cek lab kadar bilirubinnya tinggi disarankan untuk foto terapi atau terapi sinar di Rumah Sakit,” lanjut dokter Salsa.
Sebagai pencegahan bayi kuning, saat hamil para ibu bisa melakukan Antenatal Care (ANC) secara rutin dan mendapatkan nutrisi agar bayi kuat, meminum suplemen kehamilan. Yang paling penting adalah saat persalinan sebaiknya difasilitas kesehatan yang mendukung Inisiasi Menyusui Dini (IMD).
“Sehingga saat lahir bayi IMD untuk mempersiapkan saat meminum Air Susu Ibu (ASI) cukup, ASI keluar cukup, bayi juga menghisapnya bagus. Kemudian setelah pulang dari fasilitas kesehatan dilanjutkan dengan menyusui on demand tanpa ada batasan berapa banyak menyusui. Tetapi keliatan bayi mulai rewel berarti segera diberi ASI. Menyusui sesering mungkin bisa mencegah bayi kuning menjadi. Jika ASI kurang, penyusunannya juga kurang akan membuat bayi mengalami dehidrasi menjadi konsentrasi bilirubin semakin pekat dan menyebabkan semakin kuning,” tandasnya.
dr Salsa berpesan kepada orang tua yang mengalami bayi kuning untuk tidak terlalu khawatir meski tetap harus menaruh perhatian. Karena bayi kuning mungkin terlihat menyeramkan tetapi tidak perlu khawatir.
“Jadi sebagian besar kuningnya fisiologis jadi bisa hilang dengan sendirinya. Memang ada yang membutuhkan perawatan lebih dengan foto terapi, tetapi kebanyakan kasus tidak berpengaruh terhadap masa depan bayi atau anak jadi tidak perlu khawatir,” tutupnya. (Fxh)