Komunitas Perempuan Bertutur #4 Launching Antologi Fiksi Mini 'Langkah'

Photo Author
- Jumat, 10 Mei 2024 | 21:01 WIB

KOMUNITAS  Perempuan Bertutur (KPB), melaksanakan launching buku 
Antologi Fiksi Mini Perempuan Bertutur #4 berjudul 'Langkah' tentang ekpresi 'Perempuan dan Politik' di pendapa Dalem Pakuningratan (eks Asdrafi) Sompilan 12, Ngasem Yogyakarta, Sabtu (11/5) mulai pukul 09.00 WIB.

Rangkaian acara launching buku antologi tersebut, dilakukan diskusi menampilkan pembicara Herry Mardianto, Alex Lutfi, Agus Prasetyo dan Sri Yulianti (Ketua KPB), dipandu moderator oleh Nana Lusiana dan MC Titut Puspa. Kemudian pembacaan fiksi mini bakal tampil Gendis Manis (pelajar SMAN 7 Yogyakarta), Zahwa Amalia (siswi SMAN 5 Yogyakarta, Unon Saraswati dan Rolla Liza (mahasiswi ISI Yogyakarta).

KPB digagas oleh Sri Yuliati Mukhamad dan Nena Cunara, pada masa pandemi covid 19, tepatnya lahir pada Sabtu Pahing 12 Desember 2020. KPB, sudah tercatat dan mendapat  Momor Induk Kebudayaan (NIK) dari Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta, ketua Komunitas Perempuan Bertutur  adalah Sri Yuliati. 

Sri Yuliati mengungkapkan , bahwa KPB merupakan wadah  bagi perempuan untuk belajar bertutur sebagai salah satu cara mengekspresikan diri menulis cerita fiksi dalam bentuk fiksi mini. Apakah melalui seleksi ketat untuk bisa masuk antologi Perempuan Bertutur? Jawabannya adalah tidak, karena kembali pada niat awal wadah ini dibuat untuk tempat belajar. Maka tidak bisa dihindari jika kemudian ada cerita yang sangat bagus, dan sebaliknya.

“Namanya saja belajar, ada yang pintar ada yang lumayan pintar. Bahkan ada pula yang jauh dari pintar dan terpaksa tidak bisa masuk antologi, kemudian diajak untuk belajar lagi," papar Sri Yuliati.

Dikatakan Sri Yuliati, ketika membaca antologi fiksi mini ini, jangan menggunakan kacamata sastra, namun berniat untuk hanya membaca tuturan 60 perempuan. "Antologi pertama diluncurkan adalah 11 Perempuan Bertutur (kumpulan cerpen) diluncurkan 13 Februari 2021, kedua Tenedor Libre (kumpulan fiksi mini maksimal 500 kata) terbit 22 Desember 2022, kemudian antologi ketiga adalah Morse, Merangkai Aksara Mengurai Sandi-sandi Kehidupan (kumpulan fiksi mini maksimal 250 kata) diluncurkan  pada 29 Juli 2023" kenang Sri Yuliati. 

Dia menjelaskan, KPB melalui media sosial memberi ruang berkarya para perempuan untuk menulis fiksi mini dengan ketentuan maksimal 200 kata, bisa mengirim maksimal 5 judul fiksi mini, satu judul wajib bertema 'Perempuan dan Politik'  dan  4 judul dengan tema bebas. Berkait Antologi Fiksi Mini Perempuan Bertutur #4 'Langkah'  bertema 'Perempuan dan Politik' sesungguhnya bukan semata merespons tahun 2024 adalah tahun politik di Indonesia, namun lebih kepada seberapa dalam dan luas pemahaman para perempuan tentang politik dan arti politik itu sendiri.

Judul pertama oleh setiap penulis dalam Antologi Fiksi Mini Perempuan Bertutur #4 merupakan ekspresi 'Langkah Perempuan dan Aksi Politik' adalah fiksi mini bertema perempuan dan politik. 
Antologi Permpuan Bertutur #4 'Langkah' tentang Perempuan dan Aksi Politiknya, memuat 214 judul fiksi mini dari 60 perempuan penulis dengan latar belakang yang beragam, dari ibu rumah tangga, guru, dosen, wartawan, politikus, anggota dewan, editor, penulis dan mahasiswa sampai siswa sekolah tergabung dalam Komunitas Perempuan Bertutur. Jika dalam antologi Perempuan Bertutur #3 berjudul 'Morse' hanya ada 1 siswi SMA yakni Zahwa Amallia.

Untuk Antologi PB#4 ini, ada 3 siswi SMA dan 1 mahasiswi semester 2 yakni, Zahwa Amallia (siswi SMAN 5 Yogyakarta), Noveins Adellia (siswi SMAN 2 Bantul), Gendhis Manis (siswi SMAN 7 Yogyakarta), dan Unon Sarawati (Mahasiswi semester 2 jurusan Teater ISI Yogyakarta)," imbuh Sri Yuliati.

Enam puluh perempuan penulis dalam buku ini, lanjut Sri Yuliati,  bukan hanya berasal dari DIY, namun dari Jakarta, Bandung, Cimahi, Camis, Tasikmalaya, Purwakarta, Purbalingga, Banjarnegara, Semarang, Karanganyar, Surakarta, Magelang, Madiun, Kediri, Blitar, Surabaya, Malang, Bali, Kendari, dan ada satu penulis yang berdomisili di Jerman. "Pesatnya teknologi berkembang memberi efek positif juga bagi perkembangan dan pertumbuhan literasi di Indonesia," kata Sri Yuliati. (Khocil Birawa)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Agusigit

Tags

Rekomendasi

Terkini

KRISNA, Ruang Apresiasi Kerja Kolektif Civitas Akademika

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:15 WIB
X