Krjogja.com - YOGYA - Kurban menjadi landasan peningkatan ekonomi dan kesejahteraan bagi masyarakat Indonesia. Hal tersebut dapat kita dorong melalui ragam program di Tebar Hewan Kurban (THK) Dompet Dhuafa dengan menarget penerima manfaat baik dari hulu maupun hilir.
Di hulu, THK 1445 H Dompet Dhuafa merangkul para peternak binaan dan mitra Dompet Dhuafa sebagai penerima manfaat program di bidang peternakan yang tersebar di seluruh Indonesia. Dengan pendampingan yang intensif, harapannya dapat menumbuhkan jumlah peternak mandiri.
Sementara di hilir, THK berkomitmen mendistribusikan hingga pelosok Indonesia dan ke luar negeri. Hal tersebut merupakan komitmen Dompet Dhuafa dalam meratakan konsumsi daging bagi masyarakat kelas menengah ke bawah, khususnya wilayah-wilayah minus kuota daging kurban sehingga di kota-kota besar tidak lagi memiliki catatan surplus daging kurban.
Dian Mulyadi selaku GM Komunikasi dan Teknologi Informasi Dompet Dhuafa mengatakan cukup banyak invoasi yang kita lakukan dengan menyasar masyarakat di seluruh pelosok Indonesia. Salah satunya THK yang secara langsung menyasar peternakan rakyat dan ingin memutus kartel-kartel peternakan.
"Sehingga kita dapat menyasar penerima manfaat yang lebih luas. THK tahun ini mengusung semangat tema 3 PASTI yakni Pasti Jantan, Pasti Lolos Quality Control dan Pasti Distribusi Hingga Pelosok Negeri," ungkapnya dalam siaran tertulis, Sabtu (18/5/2024).
Saat ini 40 persen kebutuhan daging Indonesia masih impor dari negara lain. Akan sangat berbahaya bila hal tersebut terus menerus terjadi.
Belum lagi tingkat konsumsi daging yang belum merata di masyarakat. Dengan adanya kurban diharapkan ada peningkatan baik konsumsi daging maupun memperbaiki tingkat gizi di masyarakat pedesaan.
"Selama ini kita ada kendala, tumbuhnya sektor peternakan terhambat oleh pergerakan kartel yang masih luas. Lembaga zakat seperti Dompet Dhuafa diharapkan dapat memutus mata rantai pergerakan kartel di sektor peternakan. Sehingga pembeli dengan peternak dapat langsung bertransaksi," sambung Muhammad Ishak Razak, Senior Researcher CORE Indonesia.
Menurut data CORE Indonesia, perputaran kurban tahun lalu mencapai Rp 24,3 Triliun. Peningkatan indukan sapi harus tercapai, pertumbuhan sapi domestik tidak sampai 5 persen, sementara pertumbuhan konsumsi daging cukup tinggi. (Fxh)