155 Museum di Indonesia Alami Masalah Usai Covid, Pengelola Bertemu Cari Jalan Keluar di Jogja

Photo Author
- Rabu, 10 Juli 2024 | 12:00 WIB
Pengelola museum saat berkumpul di Jogja bahas pengembangan bersama (Harminanto)
Pengelola museum saat berkumpul di Jogja bahas pengembangan bersama (Harminanto)

Krjogja.com - YOGYA - 155 dari 442 museum di Indonesia mengalami masalah setelah dilanda Covid-19, bahkan beberapa harus tutup karena tak bisa memobilisasi dana. Di sisi lain, terjadi gagap teknologi dari para pengelola yang membuat museum kesulitan berkembang menyesuaikan masa.

Hal tersebut terungkap dalam Focus Group Discussion (FGD) dengan tema Peran Museum dalam Pendidikan, Penelitian dan Pembangunan Karakter di Gedung Mandala Bhakti Wanitatama, Rabu (10/7/2024) yang digagas Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan
(Kemenko PMK) berkolaborasi bersama Komunitas Jelajah. 

Prof Dwisuryo Indroyono Soesilo, Penasihat Indonesia Museum Award, mengungkap saat ini tercatat ada 442 museum yang dikelola pemerintah, Pemda, perguruan tinggi maupun swasta di Indonesia. Setelah Covid-19 menurut dia, ada 155 museum yang bermasalah.

"Jumlah itu berarti 35 persen museum dari 442 mengalami kendala. Beberapa di antaranya tutup karena tak mampu memobilisasi dana. Di sisi lain, perkembangan digital membuat pengelola museum gagap teknologi. Ini yang harus kita urai bersama," ungkapnya.

Prof Wiendu Nuryanti, Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan 2011-2014 yang juga guru besar Arsitektur UGM, menyampaikan selain dalam pembelajaran sejarah, museum merupakan tempat yang paling tepat untuk mencari sumber informasi dan pendidikan karakter. Museum harus bisa menjadi institusi budaya yang dinamis, agar tetap relevan dengan jaman.

"Museum harus mampu berkomunikasi dengan lintas generasi. Misalnya memberi fasilitas Wifi, karena saat ini generasi native, digital. Museum harus membuka diri terhadap ide-ide yang terkini, menjadi bagian dari ekosistem penting kebudayaan," ungkap Wiendu.

Museum apapun menurut Wiendu harus bisa bertransformasi dan membangun karakter anak bangsa, melalui inspirasi dan kreativitas dalam bingkai penghayatan. Kehadiran teknologi menjadi sangat penting untuk menghadirkan nilai yang ada di dalam museum.

"Pelan-pelan museum harus lahir kembali, menghadirkan kekinian dalam koleksi yang dimiliki. Ini menjadi sangat penting agar museum tetap relevan dikunjungi dan menarik generasi muda yang ingin kita bangun karakternya," pungkas Wiendu.

Sementara, Prof Warsito, Deputi Peningkatan Kualitas Pendidikan dan Moderasi Beragama Kemenko PMK, mengatakan pengelola museum diharapkan bisa membuka lebar wawasan dan cakrawala pengetahuan. Museum menurut dia harus mampu mengungkap fungsi riset, pengembangan dan ekonomi kreatif serta aktif membangun karakter anak bangsa.

"Di negara maju, anak-anak harus berkunjung ke museum terdekat sebelum mengunjungi tempat lain. Ini penting untuk membangun karakter generasi muda. Kita bisa ikuti hal tersebut untuk membangun karakter anak-anak kita. Bagaimana museum memiliki arah baru, memberikan nilai tambah untuk masyarakat Indonesia. Masyarakat harus bangga dengan daerahnya, bangsanya dan museumnya," pungkas dia. (Fxh)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Ary B Prass

Tags

Rekomendasi

Terkini

X