Ajaran Ki Hadjar Jangan Hanya Jadi Memori Belaka

Photo Author
- Kamis, 5 September 2024 | 13:29 WIB
 Ir Windarto Sutrisno MT, Prof Panut Mulyono dan Prof Faisal Fathani (kanan).  (Foto  - Jayadi Kastari)
Ir Windarto Sutrisno MT, Prof Panut Mulyono dan Prof Faisal Fathani (kanan). (Foto - Jayadi Kastari)


Krjogja.com - YOGYA - Pendidikan merdeka sebenarnya bukan hal baru di Indonesia. Ki Hadjar Dewantara (KHD) sejak mendirikan Tamansiswa 3 Juli 1922, pendidikan merdeka sudah diajarkan sampai sekarang di lingkungan Tamansiswa maupun di lembaga keguruan. Dalam konteks revitalisasi pendidikan merdeka harus sesuai dinamika zamannya. Apalagi ada keiginan Menyongsong Pengusulan Pencatatan Ajaran Ki Hadjar Dewantara sebagai 'Memory of The World UNESCO'. Ajaran KHD jangan hanya jadi memori, tetapi landasan pendidikan merdeka yang inovatif dan humanis.

Demikian pemikiran yang mencuat pada forum Center of Excelence (CoE) Ki Hadjar Dewantara Fakultas Teknik Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST) yang menyelenggarakan 'Rerasan Rebo Wagen' di Ruang Senat Gedung Pusat UST, Jalan Batikan, Umbulharjo, Kota Yogyakarta, Rabu (04/09/2024). Kegiatan bertema Revitalisasi Pendidikan Merdeka dibuka Prof Pardimin MPd PhD selaku Rektor Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST) Yogyakarta.

Kegiatan ini menghadirkan narasumber Prof Ir Panut Mulyono MEng DEng ASEAN Eng (Rektor UGM 2017 -2022), Prof Ir Faisal Fathani MT PhD ASEAN Eng (Kepala Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan Fakultas Teknio UGM) dengan moderator Ir Windarto Sutrisno ST MT. Hadir dalan kesempatan tersebut Dr Yuli Prihatni MPd (Wakil Rektor I UST Yogyakarta) dan Dr Iskandar Yasin ST MT (Dekan Fakultas Teknik UST Yogyakarta).

Baca Juga: Vidi Alviano Ajak Generasi Muda Raih Prestasi Tertinggi di Cool Jam 2024

Prof Faisal Fathani mengatakan, ajaran Ki Hadjar jangan sekadar jadi memori belaka. "Saya kurang sependapat, ajaran Ki Hadjar jadi hanya memori dunia dan kemudian dilupakan. Ingat, ajaran Ki Hadjar itu sangat relevan dan tak lekang oleh waktu sesuai perkembangan zaman. Ajaran Ki Hadjar itu futuristik. Ajaran pendidikan merdeka, jiwa merdeka, sistem among dengan asah-asih-asuh, kodrat alam itu sangat humanis. Ajaran Ki Hadjar memang mendidik jiwa merdeka dan mandiri," tandasnya.

Sedangkan Prof Panut Mulyono dalam forum tersebut lebih banyak menyampaikan perjalanan Ki Hadjar bergerak di bidang pendidikan, media massa dan kebudayaan. "Ajaran Ki Hadjar menekankan pada nilai, perilaku, etika dan budi pekerti," tuturnya. Hanya saja pendidikan memang memiliki tantangan besar, pendidikan keluarga, sekolah dan masyarakat sering paradoksal dan berseberangan, teori dan praktiknya berbeda.

Baca Juga: Audisi Indonesian Idol XIII Kembali Hadir di Yogyakarta, Special Bersama Salma Salsabil

Dalam forum tersebut, Panut Mulyono mengatakan, lulusan PT kurang tahan menghadapi tekanan dalam dunia kerja, terutama soft skill dan karakter. Kurang dapat berkomunikasi lisan dan tulisan dengan baik. Kurang bekerja sama dalam sebuah tim. Kurang inisiatit dan mudah bosan. "Ini juga menyangkut soft skill dan karakter." tandasnya. (Jay).

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Tomi Sujatmiko

Tags

Rekomendasi

Terkini

KRISNA, Ruang Apresiasi Kerja Kolektif Civitas Akademika

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:15 WIB
X