Umaruddin Masdar: Saatnya Jaga Yogya Sebagai Pusat Santri yang Damai

Photo Author
- Kamis, 7 November 2024 | 09:19 WIB
Umaruddin Masdar (Foto: Atiek Widiastutik)
Umaruddin Masdar (Foto: Atiek Widiastutik)


Krjogja.com - KISAH tragis yang menimpa  santri di Yogyakarta akibat kekerasan yang dipicu oleh minuman keras (miras) telah memicu gelombang protes dari kalangan santri dan masyarakat. Mereka menyuarakan tuntutan tegas kepada pemerintah dan pihak kepolisian untuk memperketat pengawasan terhadap peredaran miras yang dianggap sebagai salah satu sumber kejahatan di wilayah DIY. Respon cepat datang dari pemerintah daerah yang akhirnya memutuskan untuk memperketat aturan terkait distribusi dan konsumsi miras di wilayah tersebut.

Gelombang protes dari para santri dan pesantren menunjukkan kuatnya posisi komunitas ini dalam menggerakkan perubahan sosial. Peristiwa kekerasan yang menimpa santri tersebut membuat masyarakat semakin sadar akan pentingnya menciptakan lingkungan yang aman dan kondusif, khususnya bagi pelajar, santri, hingga wisatawan yang berada di Yogyakarta. Wakil Ketua DPRD DIY, Umaruddin Masdar, turut menyatakan keprihatinannya terhadap kejadian ini dan mendukung pengawasan lebih ketat terhadap peredaran miras agar kejadian serupa tidak terulang.

Umaruddin, bersama anggota Fraksi PKB di DPRD DIY, menemui santri korban kekerasan dan pengasuh pondok pesantren. Mereka memberikan dukungan moril serta menyampaikan pesan untuk tetap semangat dalam belajar. "Semangatnya sangat luar biasa. Walaupun kondisinya belum pulih sepenuhnya, santri tersebut tetap memilih untuk tinggal di pondok dan melanjutkan belajar agama," ujar Umaruddin.

Baca Juga: LBH GP Ansor DIY Temukan Fakta Baru Kasus Pengeroyokan dan Penusukan 2 Santri Krapyak, Pelakunya Lebih 15 Orang

Dalam kesempatan itu, Umaruddin menyampaikan harapannya agar DIY tetap aman bagi semua pihak. "Kita semua ingin Yogyakarta menjadi kota yang kondusif bagi para santri untuk belajar dengan nyaman. Suasana yang damai harus menjadi prioritas agar semua kalangan, mulai dari pelajar hingga wisatawan, merasa aman di sini," tambahnya.

Peran Pesantren Bangun Karakter Santri

Yogyakarta dikenal sebagai kota santri, dengan lebih dari 60 ribu santri yang tersebar di berbagai pesantren. Berdasarkan data Kementerian Agama, ada sekitar 50 pondok pesantren di DIY yang menyediakan fasilitas pendidikan agama bagi para santri. Pesantren tidak hanya mengajarkan ilmu agama, tetapi juga memperkuat karakter dan etika para santri.

Umaruddin menyatakan bahwa pesantren memiliki kelebihan dalam pengembangan karakter santri. Sistem asrama membuat para santri selalu terawasi selama 24 jam oleh para pengasuh, sehingga mereka lebih terfokus pada kegiatan belajar tanpa gangguan dari penggunaan gawai. Hal ini, menurut Umaruddin, menjadi faktor penting dalam membentuk generasi yang tidak hanya berpengetahuan, tetapi juga berakhlak mulia.

Baca Juga: Santri Nusantara Saklawase Minta Pemerintah Daerah Tegas Melarang Peredaran Miras di Yogya

DPRD DIY telah menerbitkan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 10 Tahun 2022 Tentang Fasilitasi Penyelenggaraan Pesantren yang bertujuan untuk mendorong kemajuan pesantren, tidak hanya dalam bidang agama, tetapi juga keahlian di berbagai bidang. Dengan adanya Perda ini, diharapkan pesantren mampu mencetak generasi unggul yang berkontribusi bagi kemajuan Yogyakarta.

Umaruddin menambahkan bahwa Perda ini menjadi langkah penting bagi pemerintah daerah untuk turut serta memfasilitasi pesantren, baik dari segi fasilitas maupun dukungan lainnya. "Harapannya, dengan Perda ini, pesantren tidak hanya menjadi tempat belajar agama, tetapi juga lembaga dakwah dan pemberdayaan masyarakat," ujarnya.

Selain Perda di tingkat provinsi, beberapa kabupaten/kota juga memiliki Perda terkait pesantren. Umaruddin memastikan bahwa Perda ini dapat berjalan sinkron tanpa tumpang tindih. Menurutnya, pesantren yang memiliki lembaga pendidikan seperti TK hingga SMA/SMK sudah memiliki sistem pengelolaan tersendiri, sehingga koordinasi antara pemerintah provinsi dan kabupaten/kota tetap berjalan baik.

Menanggapi kasus pelecehan yang bisa terjadi di lingkungan pesantren, Umaruddin menyampaikan pentingnya kontrol dan monitoring dari semua pihak. Ia menekankan bahwa setiap lingkungan yang melibatkan banyak orang memiliki potensi terjadinya kekerasan atau pelecehan. "Selama masing-masing pihak menjalankan tugasnya dengan baik, kita dapat menghindari hal-hal yang tidak diinginkan," jelasnya.

Perda Pengendalian Miras

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Primaswolo Sudjono

Tags

Rekomendasi

Terkini

KRISNA, Ruang Apresiasi Kerja Kolektif Civitas Akademika

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:15 WIB
X