Krjogja.com - YOGYA - Wakil Walikota Terpilih Kota Yogyakarta, Wawan Harmawan, ikut dalam gerakan Jogja Nandur bersama DPC PDI Perjuangan Kota Yogyakarta, Sabtu (1/2/2025) pagi. 100 pohon buah-buahan ditanam di wilayah Blunyahrejo, Karangwaru Tegalrejo.
Secara langsung Wawan menanam satu pohon alpukat. Ia ditemani Ketua DPC PDI Perjuangan Kota, Eko Suwanto dan anggota dewan Kota Yogyakarta dari PDI Perjuangan.
"Gerakan ini sebagai upaya melestarikan alam, kepedulian kami terhadap global warming. Selain itu acara ini juga bagian peringatan ulang tahun Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri. Ada 100 pohon yang ditanam hari ini dan Jogja Nandur harapannya bisa menjadi gerakan yang terus berjalan ke depan. Langkah nyata kita untuk melestarikan lingkungan," ungkap Wawan.
Wawan yang tak lama lagi akan dilantik sebagai wakil walikota Yogyakarta bersama walikota Hasto Wardoyo mengatakan Jogja Nandur akan menjadi gerakan rutin di Kota Yogyakarta mulai 2026. Pemkot Yogyakarta akan meneruskan program tersebut untuk lingkungan, udara dan air yang lebih baik.
"Mulai 2026 akan jadi program Kota Yogyakarta di Pemkot Yogyakarta. Setelah kami menjabat setiap Januari akan dilakukan program untuk semua warga Kota Yogyakarta. Dimulai dari Blunyahrejo dan akan bergerak ke seluruh wilayah lainnya. Masyarakat bisa merawat setelah menanam, menjadi bukti bahwa menanam dan merawat dengan serius," tambahnya.
Sementara, Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Yogyakarta, Eko Suwanto, menambahkan, Jogja Nandur kali ini merupakan jilid ke-5. Sebelumnya PDI Perjuangan Kota Yogya sudah menanam pohon jambu, alpukat hingga kelengkeng dan belimbing.
"Menanam dan merawat, semoga hasilnya lebih baik untuk warga masyarakat sendiri. Bagaimana tanaman makanan pendamping beras sangat penting seperti kata Ibu Megawati selama ini. Ada 100 tanaman buah yang harapannya lima tahun lagi sudah terlihat buahnya. Ini komitmen bahwa nandur untuk menjaga Kota Jogja," sambung Eko.
Eko menyebut, dari total 3500 hektare lahan di Kota Yogya untuk pertanian dan resapan, kini tinggal menyisakan 50 hektare saja. Kalau tidak diselamatkan menurut Eko, maka kualitas udara dan air di Kota Yogyakarta akan semakin buruk.
"Dengan lahan terbatas, kita tetap bisa menanam. Kawasan di Blunyahrejo ini bisa menjadi contoh, bisa dikembangkan agar para ibu bisa produktif, berjualan. Bagaimana empowering para ibu bisa berjualan online meningkatkan ekonomi keluarga. Harapannya bisa diduplikasi wilayah lain di Kota Yogyakarta," pungkas Eko. (Fxh)