Workshop Tari Internasional 'Jelajah Tara Tari UST' Hadirkan Pemateri dari Jerman

Photo Author
- Rabu, 28 Mei 2025 | 23:15 WIB
Foto: Istimewa Martina Feiertag dari Jerman memberikan pelatihan dalam workshop Jelajah Tara Tari.
Foto: Istimewa Martina Feiertag dari Jerman memberikan pelatihan dalam workshop Jelajah Tara Tari.
 
KRjogja.com - YOGYA - Program Studi PGSD Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST) Yogyakarta berkolaborasi dengan UKM Newsantari UST menyelenggarakan program oneday workshop 'Jelajah Tara Tari' di Ruang Ki Sarino UST, pada 17 Mei 2025. Kegiatan ini rutin digelar setiap tahun.
 
Kegiatan Jelajah Tara Tari kali ini telah memasuki tahun ke 6 pelaksanaannya dengan mengusung tema Cultural Revitalization: Innovation of Traditional Dance in The Context of Globalization for Elementary School Children Based on Tri Kon (Convergent, Concentric, and Continuous). Jelajah Tara Tari tahun ini menjadi momentum penting untuk merespons tantangan globalisasi dalam pelestarian dan inovasi tari tradisional, khususnya bagi generasi muda di tingkat sekolah dasar.
 
Kegiatan menjadi semakin istimewa dengan kehadiran dua praktisi tari ternama, yaitu Martina Feiertag dari Jerman dan Dian Bokir dari Surabaya, Indonesia. Keduanya berbagi pengalaman dan pengetahuan sebagai seniman tari internasional dalam gerak tari tradisi dan pengembangannya yang relevan dan menarik bagi anak-anak di era global.
 
Dyan Indah PS sebagai Ketua Pelaksana Jelajah Tara Tari 2025 menuturkan Tri Kon sebagai pendekatan filosofis yang diwariskan Ki Hadjar Dewantara menjadi dasar pemikiran dalam menyusun program ini. Menurutnya, inovasi budaya harus dilakukan secara konvergen (adaptif, dinamis, menyatu), konsentris (berakar pada budaya sendiri), dan kontinyu (berkesinambungan).
 
"Kegiatan ini juga mendukung Indikator Kinerja Utama Universitas yakni IKU 4 Praktisi mengajar di dalam kampus, dan IKU 7 yakni Kelas yang kolaboratif dan partisipatif," ujar Dyan, Rabu (28/5/2025).
 
Peserta workshop terdiri dari, mahasiswa PGSD, guru hingga dosen, mahasiswa dan penari serta mahasiswa asing dari Tanzania, Pakistan, Mozambique. Kegiatan ini diharapkan dapat menghilangkan paradigma dan isu feminisme untuk penari laki atau laki-laki yang belajar tari.
 
Dikatakan Dyan, Jelajah Tara Tari bukan sekadar program pelatihan, melainkan ruang perjumpaan budaya dan wacana pendidikan yang menjembatani warisan seni leluhur dengan dinamika zaman di tingkat dunia. Harapannya, melalui kegiatan ini, para pendidik masa depan mampu menjadi agen revitalisasi budaya yang adaptif, inovatif, dan berjiwa nasional.
 
Selain itu, kesadaran tinggi tentang digitalisasi budaya yang merujuk pada penggunaan teknologi digital untuk mendokumentasikan, mengarsipkan, memodifikasi, atau menyebarkan pengembangan seni tari tradisi sebagai materi pembelajaran di SD juga sangat penting. Digitalisasi ini memungkinkan tari tradisi dan inovasinya untuk tetap relevan di era generasi alfa, sambil mempertahankan nilai-nilai budaya sesuai dengan azas Tri Kon.
 
"Ucapan terima kasih disampaikan kepada Rektor UST beserta jajaran yang selalu memberikan dukungan penuh agar acara yang termasuk ke dalam pengembangan kebudayaan seperti ini berjalan lancar, serta kepada departemen BIPA UNY yang telah turut serta mengikuti kegiatan ini," kata Dr Biya Ebi Praheto MPd selaku Kaprodi PGSD UST. (Dev)
 
 

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Agusigit

Tags

Rekomendasi

Terkini

KRISNA, Ruang Apresiasi Kerja Kolektif Civitas Akademika

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:15 WIB
X