AKN Seni Budaya Yogyakarta Monitoring dan Evaluasi Internal Progres Penelitian Berdikari

Photo Author
- Kamis, 5 Juni 2025 | 16:08 WIB
Tim Penelitian AKN Seni dan Budaya Yogyakarta melaksanakan monev internal melalui Satuan Penjaminan Mutu Internal. (Istimewa )
Tim Penelitian AKN Seni dan Budaya Yogyakarta melaksanakan monev internal melalui Satuan Penjaminan Mutu Internal. (Istimewa )

KRJOGJA.com - Guna memastikan mutu dan akuntabilitas pelaksanaan Tridharma perguruan tinggi, Akademi Komunitas Negeri (AKN) Seni dan Budaya Yogyakarta melalui Satuan Penjaminan Mutu Internal (SPMI), menggelar kegiatan monitoring dan evaluasi (monev) internal terhadap progres penelitian yang didanai melalui Program Berdikari dari Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi.

Salah satu fokus utama monev ini adalah penelitian bertajuk “Teknologi Penyamakan Kulit Perkamen untuk UMKM Wayang Kulit di Bantul.”

Kegiatan monev dilaksanakan secara menyeluruh oleh tim SPMI dan dipimpin Ari Dwi Rahmawati MPd, selaku Kepala SPMI, yang juga berperan sebagai anggota tim periset dalam proyek tersebut.

Baca Juga: Pemda Diminta Cepat Angkat Guru Berpengalaman, 40.072 Sekolah Tak Punya Kepsek Tetap

Monev internal ini bertujuan menilai ketercapaian target-target yang telah dirancang dalam proposal penelitian, termasuk aspek capaian luaran, efektivitas pelaksanaan, serta relevansi riset terhadap kebutuhan mitra UMKM di lapangan.

“Penelitian ini tidak hanya bertujuan menghasilkan produk teknologi, juga menjadi media pemberdayaan yang kontekstual. Oleh karena itu, progresnya perlu dikawal dengan baik agar capaian akademik dan dampak sosialnya berjalan beriringan,” ujar Ari di sela kegiatan monev.

Hingga awal Juni 2025, penelitian telah mencapai beberapa capaian penting. Di antaranya identifikasi dan pemetaan kebutuhan pengrajin kulit perkamen di wilayah Bantul.

Baca Juga: Dengan Nilai Rata-rata 86,80, SD Muh Sleman Tertinggi di DIY

Penelitian ini diharapkan mampu menawarkan solusi konkrit atas berbagai permasalahan yang selama ini dihadapi UMKM pengrajin wayang kulit, seperti lamanya proses penyamakan

konvensional, tingginya biaya bahan kimia, serta rendahnya konsistensi kualitas kulit perkamen yang dihasilkan.

“Kami berharap dengan adanya teknologi lebih efisien, para pengrajin dapat meningkatkan kapasitas produksinya tanpa mengorbankan aspek estetika dan tradisi,” jelas Ari.

Baca Juga: Galakkan Gerakan Mageri Segoro, Ahmad Luthfi Tanam 1,5 Juta Mangrove di Pesisir Jateng

Ari menambahkan, ke depan, hasil penelitian ini akan dirancang memiliki multiplier effect. Dapat direplikasi kelompok pengrajin lain di luar Bantul, bahkan dijadikan model pembelajaran dalam mata kuliah kewirausahaan seni maupun program pengabdian masyarakat berbasis produksi.

 

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Tomi Sujatmiko

Rekomendasi

Terkini

KRISNA, Ruang Apresiasi Kerja Kolektif Civitas Akademika

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:15 WIB
X