Krjogja.com - YOGYA - Di balik lalu lintas padat dan deru knalpot di kota pelajar, tersimpan ancaman senyap yang semakin nyata: kualitas udara yang terus menurun. Podcast Sapa Infrastruktur episode kedua, yang tayang di kanal YouTube Kedaulatan Rakyat TV pada 23 Juni 2025, menghadirkan diskusi mendalam bertajuk “Uji Emisi Udara untuk Kualitas Udara Daerah Istimewa Yogyakarta yang Lebih Baik”.
Dipandu oleh Irine Anggun, episode ini menggali urgensi uji emisi sebagai solusi konkret atas krisis polusi perkotaan, bersama tiga narasumber: H. Koeswanto, S.I.P. (Sekretaris Komisi C DPRD DIY), Wira Widyawidura, S.Si., M.Eng. (Akademisi dan Kepala LPPM Universitas Proklamasi 45), serta Yundra Elfin, SE, S.Kom, MM (Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta).
Kota Yogyakarta kini dihadapkan pada paradoks modernitas. Di satu sisi, kemajuan dan mobilitas meningkat pesat. Di sisi lain, pertumbuhan kendaraan bermotor yang mencapai lebih dari 130 ribu unit per tahun telah menjadi penyumbang utama polusi udara. Gas berbahaya seperti CO, NOx, dan SO₂ dari pembakaran tak sempurna kendaraan menjadi ancaman laten bagi kesehatan publik.
“Ini bukan hanya soal lalu lintas, tapi soal nafas masyarakat Yogyakarta,” ujar Yundra Elfin.
Di tengah kepungan asap tak kasat mata, uji emisi kendaraan menjadi harapan baru. Bagi DLH, ini adalah langkah taktis untuk mendeteksi dan menekan polutan dari sektor transportasi. Namun, sejauh mana regulasi, kesadaran, dan infrastruktur siap mengawal langkah ini?
“Kami sudah mulai melakukan uji emisi terbatas di beberapa titik. Tapi agar berdampak nyata, harus ada payung hukum yang kuat dan partisipasi aktif masyarakat,” jelas Yundra.
H. Koeswanto menegaskan bahwa DPRD DIY memandang uji emisi sebagai isu strategis. Ia mengungkapkan bahwa regulasi daerah tentang kewajiban uji emisi sedang dirancang, termasuk kemungkinan pemberian insentif atau sanksi bagi kendaraan yang tidak lolos uji.
“Bicara kualitas udara artinya kita bicara kualitas hidup. Kami dorong kebijakan ini agar tidak hanya menjadi formalitas, tapi memiliki dampak nyata terhadap pengendalian penyakit pernapasan,” ungkapnya.
Sebagai akademisi, Wira Widyawidura menggarisbawahi pentingnya integrasi teknologi dan edukasi publik. Ia menilai bahwa pembakaran tak sempurna pada kendaraan bisa diminimalisasi lewat inovasi mesin dan perawatan berkala.
“Uji emisi bukan akhir dari cerita. Harus ada riset, pelatihan SDM teknis, dan kampanye sadar lingkungan dari sekolah hingga kampus. Ini tanggung jawab kolektif,” tegasnya.
Yogyakarta, Mampukah Menjadi Kota Rendah Emisi?
Kualitas udara adalah modal kehidupan. Uji emisi mungkin tampak sebagai langkah teknis, namun sesungguhnya ia adalah refleksi dari niat kolektif: apakah kita benar-benar ingin menjadikan Yogyakarta tempat tinggal yang lebih sehat dan layak?
Dengan kerja sama lintas sektor—legislatif, eksekutif, akademisi, dan masyarakat—Yogyakarta bukan tidak mungkin menjadi percontohan kota rendah emisi di Indonesia.
“Langkah ini bisa jadi awal dari banyak perubahan. Tapi jangan berhenti di wacana. Uji emisi harus menyentuh jalanan, bukan hanya dokumen,” tutup Irine Anggun dalam podcast berdurasi 60 menit tersebut.
Saksikan selengkapnya diskusi ini di kanal YouTube Kedaulatan Rakyat TV, dan mari mulai dari hal kecil: rawat kendaraanmu, rawat udaramu. Karena udara bersih adalah hak setiap napas. (*)