Model Jurnalisme Islam Mampu Mencerahkan Umat

Photo Author
- Kamis, 14 Agustus 2025 | 09:15 WIB
 Octo Lampito mensnda tangani peluncuran buku  (istimewa)
Octo Lampito mensnda tangani peluncuran buku (istimewa)


YOGYA Model jurnalisme islam, yang dirintis para tokoh Muhammadiyah dinilai mampu memberi inspirasi. Mendorong mencerahkan masyarakat dan memberdayakan umat sesuai prinsip amar makruf nahi munkar berkemajuan.

Demikian antara lain, tercuat dalam diskusi Bedah Buku ‘Media& Islam Berkemajuan’, karya Dr Roni Tabroni MSi, di Grha Suara Muhammadiyah, Rabu (13/8). Acara tersebut sekaligus memeriahkan Milad 110 Tahun Suara Muhammadiyah. Tampil sebagai pembicara, selain penulis buku Dr Octo Lampito MPd, pemimpin redaksi SKH Kedaulatan Rakyat Isngadi Marwah Atmaja MH, Redpel Suara Muhammadiyah.

Sebelumnya, memberikan sambutan Prof Dr Muchlas MT ketua MPI PP Muhammadiyah dan Deni Asyari MA, dt Marajo, Direktur Utama PT SCM/Suara Muhammadiyah. Dalam sambutan tersebut, dua tokoh Muhammadiyah tersebut sepakat tanggal 13 Agustus, menjadi hari literasi Muhammadyah. Hadir juga ketua Pimpinan Pusat (PP) Tapak Suci Putera MuhammadiyahDrs. H.M. Afnan Hadikusumo.

Menurut Octo Lampito, pemikiran dalam buku ini mendorong praktik jurnalistik Islam kontemporer yang tidak sekadar menyampaikan berita. Tetapi juga mengedepankan pendidikan, pemberdayaan umat, dan penguatan nilai-nilai Islam yang progresif, etis, dan relevan dengan tantangan zaman. Pendekatan ini mengarahkan jurnalis Islam menjadi agen perubahan sosial yang bijaksana dan bertanggung jawab di era digital saat ini.

Baca Juga: Percepat Pendirian Fakultas Kedokteran di UMBJM, Haedar Nashir: Berpotensi Jadi Center of Excellence di Kalsel

Menurut Roni, buku tersebut menampilkan para pendekar jurnalisme Muhammadiyah lintas generasi. . Tokoh seperti Haji Fachrodin, Hamka, Syafii Maarif, dan Haedar Nashir diangkat sebagai inspirasi, yang memiliki latar belakang jurnalistik dan konsisten dalam menulis, serta memperjuangkan Islam berkemajuan lewat media.

Sementara Isngadi juga menekankan perlunya pers Islam di era digital untuk tetap menjaga independensi, etika, dan misi pencerahan. Buku karya Dr. Tabroni dianggap penting dalam konteks pelembagaan nilai-nilai Islam berkemajuan di ranah jurnalistik dan literasi. Ia percaya media cetak tetap menjadi panutan, karena hadirnya melalui proses seleksi kode etik ketat.
Lebih jauh Pemred KR dan KRJogja.Com mengatakan, Pers sekarang dalam kondisi tidak baik-baik saja, khususnya media digital.

Ketergantungan berlebihan pada kecepatan penyebaran berita demi menarik perhatian. Maka sering mengorbankan akurasi dan verifikasi yang memadai. Persaingan untuk menjadi yang tercepat seringkali membuat jurnalis atau media digital mengabaikan pengecekan fakta.

Baca Juga: 15 Ribu Mahasiswa Baru Undip Jadi Sasaran Program Speling Melesat

Dominasi algoritma platform digital dan media sosial yang memprioritaskan konten viral dan klik, ketimbang kualitas dan kebenaran berita. Hal ini dapat menjadikan popularitas dan engagement media sosial sebagai "berhala" yang menyesatkan fokus jurnalistik dari tanggung jawab dasarnya.
Penyebaran konten hoaks dan disinformasi yang tak terverifikasi kerap mengelabuhi publik, sementara media yang harusnya menjaga fakta dan kebenaran justru kalah bersaing di ruang digital yang penuh "berhala-berhala" viral.

Karena itu, diharapkan Jurnalistik Islam berkemajuan mampu menjadi jembatan yang mempersatukan umat Islam. Menghargai perbedaan paham, dan mempromosikan sikap terbuka. Dengan begitu, dapat berkontribusi memperkuat solidaritas dan kerukunan di tengah keberagaman masyarakat. (rar)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Tomi Sujatmiko

Rekomendasi

Terkini

X