Salah satu peserta, Yayah, guru SD asal Cirebon, mengaku tergerak untuk berpikir ulang tentang warisan pendidikan bagi anak bangsa. GSM menegaskan, di tengah krisis sosial-politik, masa depan Indonesia tidak ditentukan algoritma atau birokrasi, melainkan keberanian guru untuk berpikir, berempati, berimajinasi, dan bertindak autentik. (Dev)