Krjogja.com - YOGYA - Pameran bertajuk 'Legacy of Love' karya seniman muda Martin Mezo digelar di LAV Gallery, Jalan DI Panjaitan No. 66, Mantrijeron, Yogyakarta, pada 28-30 Oktober 2025. Pameran tunggal ini didukung oleh Program Fasilitasi Pemajuan Kebudayaan 2025 dari Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah X, dengan Yasinta Laila sebagai penulis pendamping (writer).
Dalam pameran ini, Martin Mezo, lulusan Program Studi Seni Kriya, Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, menampilkan 17 karya batik kontemporer yang terinspirasi dari kisah wayang beber Gunungkidul. Ia mengangkat lakon Remeng Mangunjaya dan Dewi Sekartaji, yang dikenal sebagai kisah cinta legendaris penuh pengorbanan dan pencarian jati diri. "Saya ingin menghidupkan kembali kisah ini dengan cara yang dapat diterima generasi sekarang," ujar Martin di sela-sela pameran, Rabu (29/10/2025).
Tema 'Legacy of Love' dipilih sebagai refleksi atas warisan cinta dan perjuangan dua insan yang, dalam pandangan Martin, tetap relevan di tengah perubahan zaman. "Cerita Panji yang menjadi dasar wayang beber selalu berkisah tentang cinta, pengorbanan, dan keadilan. Lewat karya ini, saya ingin mengajak orang merenungi makna cinta yang diwariskan," tambahnya.
Menariknya, Martin mengemas kisah wayang beber tersebut dalam bentuk batik tulis kontemporer dengan teknik *tutup celup* dan pewarnaan Remasol. Warna merah dan kuning yang mendominasi karyanya terinspirasi dari bendera Panji Gunungkidul. "Teknik batik saya pilih karena paling dekat dengan keseharian saya sebagai perupa kriya. Ini cara saya berdialog antara tradisi dan inovasi," jelasnya.
Dalam proses kreatifnya, Martin juga memadukan unsur visual yang menyerupai komik. Ia mengaku terinspirasi oleh kecintaannya pada dunia ilustrasi. "Wayang beber itu sebenarnya mirip komik tanpa teks, sehingga saya bisa lebih bebas berimajinasi dan menafsirkan ulang ceritanya," katanya. Pendekatan visual ini membuat pamerannya terasa segar tanpa meninggalkan akar tradisi.
Sementara itu, Yasinta Laila, penulis kuratorial, menilai karya-karya Martin merupakan upaya penting dalam melestarikan seni tradisi. “Batik dan wayang beber sama-sama mengalami pergeseran makna. Melalui karya ini, Martin membuka ruang dialog antara masa lalu dan masa kini,” ujar Yasinta. Ia menekankan bahwa pelestarian budaya seharusnya tidak hanya mengulang bentuk lama, melainkan menghidupkannya kembali dalam konteks zaman.
Pameran 'Legacy of Love' menjadi ajakan bagi masyarakat untuk menyadari bahwa warisan budaya bukan sekadar artefak yang beku, melainkan sumber inspirasi yang terus tumbuh. Seperti kisah cinta Remeng Mangunjaya dan Dewi Sekartaji yang tak lekang oleh waktu, karya-karya Martin Mezo menjadi jembatan antara tradisi dan kreativitas modern, sekaligus bukti bahwa cinta terhadap budaya dapat diwujudkan melalui inovasi yang hidup. (Dev)