Krjogja.com - YOGYA - Kasus Human Immunodeficiency Virus (HIV) di kalangan remaja dan mahasiswa dilaporkan semakin meningkat. Hal ini memicu kekhawatiran dan menyoroti perlunya edukasi seksual yang lebih terbuka serta komprehensif.
Tariandayani, seorang mahasiswa dari Sekolah Tinggi Ilmu (STI) Ekatana Upaweda Yogyakarta yang juga merupakan Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan Pemerintah Kota Yogyakarta, angkat bicara mengenai isu krusial ini.
Baca Juga: Tahan Barito Putera, PSS Pertahankan Posisi Puncak Klasemen, Begini Kata Ansyari dan Irvan Mofu
Dirinya menjelaskan bahwa HIV adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh, dan jika tidak ditangani dapat berkembang menjadi Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS).
"Kabar baiknya, dengan pengobatan yang tepat dan rutin, orang dengan HIV bisa tetap sehat, memiliki kualitas hidup yang baik, dan hidup normal," ungkapnya, Sabtu (8/11).
Pernyataan ini menekankan bahwa diagnosis HIV saat ini bukanlah vonis mati, melainkan kondisi kesehatan yang dapat dikelola. Menurut Tariandayani, salah satu faktor utama lonjakan kasus di kalangan muda adalah kurangnya edukasi seksual yang memadai di lingkungan sekolah dan kampus.
Baca Juga: 27 Anak Ikut Sunatan Massal di Wedomartani
Masalah diperparah oleh topik seks yang masih dianggap tabu, menyebabkan remaja lebih banyak mencari informasi dari sumber internet yang belum tentu terpercaya ketimbang sumber otoritatif.
Selain itu stigma yang melekat pada tes HIV, di mana remaja menganggap tes tersebut menakutkan atau memalukan. Padahal, menurutnya, mengetahui status lebih awal sangat penting untuk menyelamatkan hidup dan mencegah penularan ke orang lain.
HIV, lanjut Tariandayani, dampaknya tidak hanya sebatas kesehatan fisik. "HIV bukan hanya soal kesehatan tubuh. Banyak remaja yang hidup dengan HIV merasa dikucilkan, malu, bahkan depresi. Padahal mereka membutuhkan dukungan dan penerimaan, bukan penghakiman," tegasnya.
Stigma sosial menjadi penghalang besar bagi remaja untuk mencari bantuan dan dukungan yang mereka butuhkan. Oleh karena itu Tariandayani menyerukan langkah-langkah praktis yang dapat diambil oleh semua pihak untuk mengatasi masalah ini.
Antara lain dengan mendorong diskusi terbuka mengenai kesehatan seksual di sekolah dan kampus. Kemudian aktif mengikuti seminar atau edukasi HIV yang disajikan dengan cara yang mudah diterima oleh remaja.
Bahkan, lanjutnya, memberikan dukungan kepada teman yang hidup dengan HIV juga hal yang cukup penting, bukan menjauh atau mengucilkan. Selain itu melakukan tes HIV secara rutin, terutama jika aktif secara seksual.
"Tes HIV itu cepat, aman, dan rahasia. Banyak Puskesmas dan klinik saat ini menyediakan layanan gratis dan ramah remaja, menjadikan akses tes semakin mudah dan tidak perlu ditakuti. Edukasi yang jujur dan empati sosial menjadi kunci dalam upaya pencegahan dan penanganan HIV di Indonesia, khususnya di kalangan generasi muda," pungkasnya. (Dhi)