YOGYA - Peluncuran buku puisi ‘Kitab Omon-Omon' menandai edisi 170 Sastra Bulan Purnama (SBP) di Aula Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa (STPMD) ‘APMD’, Jalan Timoho, Yogyakarta, Sabtu, (22 /11/2025) pukul 15.30.
Ini merupakan kedua kalinya SBP berkolaborasi dengan STPMD 'APMD’ menerbitkan kumpulan puisi karya penyair dari berbagai kota di Indonesia. Tri Agus Susanto Siswowijarjo, pengajar Program Jurusan Komunikasi di kampus tersebut mengusulkan tema puisi ‘Humor Politik’. Lebih dari 200 puisi yang masuk, dipilih sekitar 100 di antaranya untuk diterbitkan menjadi buku dan diberi judul ‘Kitab Omon-Omon’.
Selain dengan STPMD, untuk penerbitan dan peluncuran buku ini, Sastra Bulan Purnama didukung Abidin Fikiri Pandjialam Foundation.
Ons Untoro, Koordinator SBP, mengatakan, menulis puisi humor tidak gampang, lebih sering ditemukan puisi kritik sosial, sehingga seringkali dalam puisi humor politik, bobot kritik sosialnya lebih tebal ketimbang humornya.
"Namun, dalam puisi kritik sosial tersebut, kita tetap bisa tersenyum dan tertawa, meskipun tidak harus terpingkal," ujar Ons, Sabtu (15/11/2025).
Seperti dikutip Ons, Tri Agus Siswowiharjo mengatakan, humor dalam politik seringkali menjadi momen yang paling diingat oleh publik.
Di media sosial, potongan video yang menampilkan politisi melontarkan lelucon sering menjadi viral, menarik perhatian jutaan warganet. Momen-momen ini memperkuat citra politisi sebagai sosok yang menyenangkan.
Dengan bantuan humor, politisi berhasil menciptakan hubungan yang lebih akrab dengan masyarakat, membuat publik merasa lebih dekat dan mendukung mereka dengan lebih antusias.
Begitu juga Abidin Fikri, Anggota DPR RI dan Ketua Abidin Fikri Pandjialam Foundation, menyebut bahwa ruang politik tidak pernah sepi dari humor. Dalam ketegangan seringkali muncul celetukan jenaka, sehingga suasana kembali akrab.
Politik tidak alergi terhadap humor, mudah kita temukan politisi yang sering menampilkan humor, bahkan sindiran, sehingga kualitas humornya tidak kosong atau malah konyol. Dan melalui puisi, para penyair mengajak humor kepada politisi, menjadi hal yang menyenangkan.
Penyair yang puisinya masuk dalam buku ‘Kitab Omon-Omon’ berasal dari berbagai kota di Indonesia: Jakarta, Bekasi, Serang, Bandung, Bogor, Majalengka, Cirebon, Tegal, Pekalongan, Purwokerto, Cilacap, Purworejo,Yogyakarta, Magelang, Temanggung, Demak, Solo, Sragen, Sidoarjo, Madiun, Surabaya, Malang, Madura. Bali, Pekanbaru, Lampung, dan sejumlah kota lainnya.
Dari 100-an penyair yang puisinya masuk dalam buku puisi ‘Kitab Omon-Omon’ tidak semua bisa hadir. Yang hadir di dntaranya: Yonas Suharyono (Cilacap), Lebe (Brebes), Yovi Tiptony (Cilacap), Ag. Andoyo Sulyantoro (Purbalingga), Acep Syahril (Indramayu), Selsa (Temanggung), Mulyadi J. Amalik (Surabaya), Toto S.Radik (Serang), Fajrul Alam (Purwokerto), Indri Kartika Putri (Magelang), Sabatina, Yuliani Kumudaswari, Purwanti, Heru Marwata, Mustofa W. Hasyim, Marwanto, Enes Pribadi, Dalle Dalminto, Afnan Malay, Sutirman Eka Ardhana (Yogyakarta), Yogira Yogaswara (Bandung). (Ewp)