KRJOGJA.com - YOGYA - Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) DIY bersama ISEI Cabang Yogyakarta dan Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) DIY menyelanggarakan diskusi terbatas bertajuk “Mendorong Perkembangan Pariwisata DIY”. Diskusi tersebut diselenggarakan di Hotel Novotel Suit, Yogyakarta (Selasa, 11/11/25).
Hadir dalam acara terebut antara lain Sri Darmadi Sudibyo (Kepala Perwakilan BI DIY), Edy Suadi Hamid (Ketua MES DIY) dan Gumilang Aryo Sahadewo (Wakil Ketua Bidang Akademik ISEI Cabang Yogyakarta). Diskusi dipandu oleh Y. Sri Susilo (Dosen Prodi Ekonomi Pembangunan FBE UAJY).
Diskusi dihadiri oleh 15 peserta yang mewakili KPwBI DIY, ISEI Cabang Yogyakarta dan MES DIY. Pendapat dan masukan telah disampaikan oleh peserta, diantaranya oleh Hermanto (Deputi Kepala BI DIY), Budiarto Setyawan (MES DIY) dan dari ISEI Cabang Yogyakarta Rudy Badrudin (Wakil Ketua Bidang Non-Akademik), Dian Ariani (Bendahara) dan Dorothea Wahyu Ariani (Koordinator Bidang Rangers). Berikut rangkuman pendapat dan saran dari mereka
Baca Juga: Mendorong Pengembangan “Pariwisata Ramah Muslim” DIY
Menurut Hermanto (KPwBI DIY), dari beberapa kali diskusi yang saya ikuti dengan berbagai pemangku kepentingan, salah satu dari tujuan pengembangan pariwisata DIY ke depan adalah menjadikan DIY sebagai destinasi wisata berkelas dunia. “Oleh karena itu, menurut saya harus ada kerangka kebijakan yang menyatukan budaya, inovasi, kreativitas, teknologi, SDM berkelas dunia, bernilai ekonomi, keberlanjutan, dan kolaborasi”, ujar Hermanto.
“Dunia yang semakin digital perlu dirangkul sehingga pengunaan teknologi digital menjadi suatu kebutuhan, karena para wisatawan ke depan adalah generasi yang digital native”, jelas Hermanto. Selanjutnya Hermanto berharap, Pemda DIY dan pemangku kepentingan mengoptimalkan peran influencer, konten kreator, dan platform digital sebagai bagian ekosistem promosi menjadi sangat penting.
Menurut Budiharto Setiawan (MES DIY), pariwisata di DIY memberikan sumbangan yang cukup signifikan dalam pertumbuhan ekonomi. Kondisi tersebut tercermin dari besarnya sumbangan lapangan usaha yang terkait dengan pariwisata, diantaranya akomodasi, makanan dan minuman, transportasi, dan industri pengolahan. Dalam rangka mengembangkan quality tourism yang inklusif termasuk di dalamnya dengan implementasi “Pariwisata Ramah Muslim”. Menurut Budiharto, sesuai Pedoman Menparekraf Tahun 2024, layanan dasar “Pariwisata Ramah Muslim” meliputi: (1) penyediaan makanan dan minuman halal, (2) penyediaan sarana ibadah yang bersih dan (3) penyediaan fasilitas sanitasi yang bersih dan memadai. “Untuk memberikan informasi tersedianya layanan dasar pariwisata ramah muslim di suatu kawasan wisata, sebenarnya dapat diintegrasikan melalui aplikasi Visiting Jogja”, jelas Budiharto yang gemar bersepeda.
Baca Juga: Peran Strategis dalam Penguatan Ekosistem Pesantren dan Riset Manuskrip Nusantara
Selanjutnya Rudy Badrudin (ISEI Cabang Yogyakarta) menyampaikan 4 pokok pikiran untuk mendorong perkembangan pariwisata DIY. Pokok-pokok pikiran termasud adalah: (1) Peningkatan kualitas dan kreativitas untuk diversifikasi produk wisata yang meliputi wisata budaya, alam, edukasi, dan olahraga. (2) Peningkatan infrastruktur yang terkonekdi antardistinasi wisata dan ramah lingkungan seperti tranportasi bis listrik. (3). Peningkatan kualitas website Visiting Jogja dengan menambah link dengan komunitas wisata yang sudah terdaftar di Dinas Pariwisata DIY. (4) Pengurangan dampak pariwisata yang terkait dengan lingkungan hidup misalnya sampah dan lingkungan sosial misalnya kemacetan di ruas-ruas jalan tertentu. Demikian pendapat Rudy Badrudin yang juga dosen STIE YKPN Yogyakarta.
“Peran strategis DIY sbg pusat budaya, pendidikan dan wisata dengan dukungan thd konservasi budaya dan meningkatkan pemberdayaan ekonomi”, ungkap Dian Ariani (ISEI Cabang Yogyakarta). Menurut Dian, untuk mendukung hal tersebut industri perbankan: (1) Meningkatkan digitalisasi layanan keuangan, melalui QRIS (integrasi aplikasi Visiting Jogja & Gandeng Gendong dengan pembayaran QRIS & sistem reservasi). (2). Pembiayaan UMKM (KUR & PEDE) dan pembiayaan infrastruktur pendukung Desa Wisata. (3). Mendukung Sport Tourism melalui event seperti Malioboro Run serta mendukung gerakan ekonomi hijau dengan Green Tourism/Cultural Tourism. Demikian 4 usulan yang disampaikan Dian Ariani yang juga Direktur Kepatuhan Bank BPD DIY.
“Infrastruktur khususnya jalan dan manajemen lalu lintas yang baik menjadi faktor kunci perkembangan pariwisata di DIY”, tegas Dorothea Wahyu Ariani (ISEI Cabang Yogyakarta).
Menurut Dorothea, lalu lintas yang semrawut dan macet menjadi demarketing bagi pariwisata di DIY. Pemda DIY (termasuk Pemkab/Pemkot DIY) bersama pemangku kepentingan untuk melakukan manajemem dan rekayasa lalu lintas yang serius dan nyata agar tujuan wisata di DIY dapat dicapai dengan lancar, nyaman dan waktu tempuh yang lebih pendek.
Sebagai contoh, lalau lintas Kota Yogyakarta masih dianggap belum lancar dan nyaman serta masih sering macet di masa liburan. “Jika hal tersebut tidak segera dicarikan solusi, maka kemacetan lebih parah dipastikan terjadi setelah jalan tol dari arah Semarang, Solo dan Bandara YIA terkoneksi dengan Kota Yogyakarta”, ujar Dorothea yang juga Guru Besar FE UMB Yogyakarta.
Setelah acara diskusi, KPwBI DIY yang diwakili oleh Sri Darmadi Sudibyo memberikan cindera mata kepada seluruh peserta diskusi. Cindera mata juga diberikan oleh Dorothea Wahyu Ariani (Komisaris YSS Production) kepada Sri Darmadi Sudibyo dan Hermanto yang mewakili KPwBI DIY.