Krjogja.com - YOGYA - Di tengah menjamurnya kedai kopi bergaya “aesthetic” di Yogyakarta. Terdapat salah satu pelaku usaha justru menempuh jalur berbeda. Dia tidak sekadar menjual suasana, tetapi rasa berada dibarisan terdepan dalam unit usahanya.
Ibrahim Bagus, pemilik Kopi Soji, memilih fokus pada kualitas rasa dan keterjangkauan harga. Bukan pada dekorasi yang instagramable. “Dinamika coffee shop sekarang, Gen Z cari tempat yang bagus. Saya tidak menyasar kesitu karena yang main sudah banyak. Segmentasinya orang yang cari rasa, bukan sekadar suasana atau tempat,” ujar Bagus.
Baca Juga: Jadwal Pemadaman Listrik Hari ini dan 21 November 2025 di Sejumlah Wilayah DIY
Dari Kedai Sederhana ke Usaha Rumahan
Usaha kopi yang digelutinya bermula pada 2016 di Jalan Gamping–Bantulan, Patukan, Ambarketawang, Sleman. Kedai kecil tanpa listrik tersebut mengandalkan manual brew sebagai daya tarik. Namun pandemi Covid-19 membuat kedai tutup pada 2020. Tak kehabisan akal, Bagus kemudian beralih menjual bubuk kopi siap seduh secara daring. Dari situ, usaha tetap hidup hingga pada akhirnya kedai bisa buka kembali. Bagus juga mulai memproduksi kopi botolan siap minum (ready to drink).
Kini, Bagus memindahkan usahanya ke rumahnya di Mejing, Gamping, Bantul, dengan konsep take away dan pemesanan daring. “Seiring perkembangan, tidak bisa bertahan hanya dari dine in,” tuturnya.
Baca Juga: Kementerian UMKM Launching Program Holding UMKM di Klaten
Harga Bersahabat, Rasa Tetap Premium
Harga kopi di Kopi Soji jauh lebih bersahabat dibanding kafe-kafe pada umumnya. Kopi tubruk, V-60, espresso, dan americano dijual mulai Rp 10 ribu. Sementara kopi susu, kopi gula aren, dan vanilla latte dijual Rp 15 ribu per botol 200 ml.
Kopi bubuk siap seduh dibanderol Rp20–35 ribu per pouch 75 gram. Semua produk bisa dipesan lewat GoFood, GrabFood, atau WhatsApp.
“Yang paling banyak peminatnya kopi susu gula aren. Konsepnya botolan supaya mudah dibawa dan tidak tumpah. Kalau difreezer bisa tahan sampai tujuh hari,” jelasnya.
Biji Kopi Pilihan Langsung dari Petani
Meski harganya terjangkau, Bagus menegaskan tidak pernah menurunkan kualitas bahan. Pihaknya menggunakan biji kopi petik merah dari petani di Temanggung, Merapi, dan Sindoro.
“Ciri kopi bagus itu bijinya tidak pecah dan tidak defect. Kalau bijinya sudah enak, siapa pun yang nyeduh pasti enak. Tapi kalau bahan bakunya jelek, barista terkenal pun tidak bisa menolong,” ujarnya.